(Dari PPT II)
Bayi Lahir dari Ibu Bermasalah
Bayi lahir dari ibu penderita diabetes mellitus (DM), infeksi hepatitis virus B, tuberkulosis,
malaria, sifiis, toksoplasmosis atau rubella kemungkinan besar akan mengalami masalah
beberapa waktu setelah lahir, meskipun tampak normal pada waktu lahir. Untuk
menghindari semua penyakit di atas perlu dilakukan skrining sebelum dan selama
kehamilan.
A. Ibu Penderita DM
Bayi yang dilahirkan dari ibu penderita DM berisiko mengalami masalah pada saat lahir
berupa gangguan maturitas paru, berat lahir besar untuk masa kehamilan (BMK) atau
makrosomia, atau bila disertai dengan penyakit vaskular akan mengalami berat lahir
kecil untuk masa kehamilan (KMK). Masalah yang paling sulit terjadi pada bayi yang lahir
dari ibu dengan gangguan ginjal, jantung, atau mata.
Diagnosis
Anamnesis
Pengamatan pada IDM (infants of diabetic mothers) di ruang resusitasi:
- Asfisia
- Trauma lahir
- Malformasi kongenital
- Bukti adanya makrosomia
- Hipoglikemia dengan tanda letargi, tak mau minum, apnea atau kejang dalam 6-12
jam setelah lahir. Kejang yang timbul setelah usia 12 jam kemungkinan diakibatkan
oleh hipokalsemia atau hipomagnesemia.
- Distres respirasi akibat imaturitas paru
Pemeriksaan laboratorium
- Kadar glukosa serum dengan dextrotix segera setelah lahir dan selanjutnya sesuai
prosedur pemeriksaan kadar glukosa darah. Bila kadarnya <40 mg/dL, harus dilakukan
pemeriksaan ulang kadar glukosa serum.
Pedoman Pelayanan Medis Edisi II 19
- Kadar kalsium serum diperiksa pada usia 6, 24 dan 48 jam. Bila kadar rendah, periksa
juga kadar magnesium karena kemungkinan menurun.
- Hemoglobin/hematokrit diperiksa pada usia 4 dan 24 jam.
- Kadar bilirubin serum diperiksa bila ada indikasi, secara klinis terdapat tanda ikterus.
- Pemeriksaan laboratorium lain seperti analisa gas darah, hitung jenis leukosit, dan
kultur diperiksa sesuai indikasi.
- Radiologi, EKG, ekokardograf sesuai indikasi klinis.
Tata laksana
Bayi lahir dari ibu penderita diabetes mellitus, berisiko untuk mengalami hipoglikemia
pada 3 hari pertama setelah lahir, walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik.
- Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering, paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam.
- Bila bayi berusia kurang dari 3 hari, amati sampai usia 3 hari:
- Periksa kadar glukosa pada:
- # saat bayi datang atau pada usia 3 jam
- # tiga jam setelah pemeriksaan pertama, kemudian ulangi tiap 6 jam selama 24
jam atau sampai kadar glukosa dalam batas normal setelah 2 kali pemeriksaan
berturut-turut.
- Bila kadar glukosa ≤45 mg/dL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemia (tremor
atau letargi), tangani untuk hipoglikemia (lihat SPM hipoglikemia).
- Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemia atau masalah lain dan bayi dapat
minum dengan baik, pulangkan bayi pada hari ke3.
Pencegahan
Pencegahan komplikasi yang berat pada janin maupun bayi pada masa neonatal dilakukan
dengan penanganan pada ibu selama hamil berupa:
- Edukasi ibu untuk melakukan kontrol rutin dan di bawah pengawasan ketat seorang
dokter
- Mengontrol kadar gula dengan terapi diet, bila tidak berhasil dengan insulin
- Memperhatikan kontraindikasi permberian obat antidiabetik oral
- Pemeriksaan pada trimester pertama, kedua, dan ketiga
B. Ibu dengan infeksi Hepatitis Virus B (HBV)
Bayi yang dilahirkan dari ibu penderita Hepatitis B biasanya asimptomatis, jarang yang
disertai gejala sakit. Transmisi virus hepatitis B (HB) dari ibu penderita terjadi pada saat
lahir karena paparan darah ibu. Bila ibu terbukti menderita hepatitis akut pada kehamilan
20 Bayi Lahir dari Ibu Bermasalah
trimester pertama dan kedua, risiko penularan pada bayinya kecil karena antigen dalam
darah sudah negatif pada kehamilan cukup bulan dan antiHBs sudah muncul. Bila ibu
terinfeksi virus HB pada kehamilan trimester akhir, kemungkinan bayi akan tertular
adalah 50-70%. Penularan yang lain dapat terjadi melalui fekal oral (sangat jarang) dan
ASI. Akan tetapi risiko tersebut dapat minimal apabila bayi diberikan HBIG dan vaksin
hepatitis B
Diagnosis
Anamnesis
- Banyak kasus infeksi hepatitis B tidak bergejala.
- Gejala yang timbul serupa dengan infeksi hepatitis A dan C tetapi mungkin lebih
berat dan lebih mencakup keterlibatan kulit dan sendi.
- Gejala letargi, anoreksia dan malaise
- Gejala lain berupa artralgia atau lesi kulit berupa urtikaria, ruam purpura,
makulopapular, akrodermatitis papular, sindrom Gianotti-Crosti
Pemeriksaan fiis
- Ikterus timbul setelah 6-8 minggu
- Hepatosplenomegali
- Limfadenopati
Pemeriksaan laboratorium
- Bukti klinis pertama infeksi HBV adalah kenaikan serum ALT, yang mulai naik sebelum
timbul gejala, sekitar 6-7 minggu sesudah pemajanan.
- Periksa kadar HBsAg dan IgM anti-HBc. Kadar antigen akan terdeteksi dalam darah
bayi pada usia 6 bulan, dengan kadar puncak pada usia 3-4 bulan. Jangan ambil darah
umbilikal karena (1) terkontaminasi dengan darah ibu yang mengandung antigen
positif atau sekresi vagina, (2) adanya kemungkinan antigen noninfeksius dari darah
ibu.
Tata Laksana
Ibu yang menderita hepatitis akut selama hamil atau HBsAg positif dapat menularkan
hepatitis B pada bayinya, untuk itu diperlukan pencegahan dengan:
- Berikan dosis awal vaksin hepatitis B 0,5 mL IM dalam 12 jam setelah lahir dilanjutkan
dosis ke-2 dan ke-3 pada usia 1 dan 6 bulan.
- Bila tersedia, berikan imunoglobulin hepatitis B (HBIG) 200 IU
- (0,5 mL) IM disuntikkan pada paha sisi yang lainnya, dalam waktu 24
Pedoman Pelayanan Medis Edisi II 21
- jam setelah lahir (paling lambat 48 jam setelah lahir).
- Yakinkan ibu untuk tetap menyusui bayinya.
Apabila bayi menderita hepatitis B kongenital dapat diberikan lamivudin, tenofovir, atau
adefovir, atau etanercept sesuai dengan petunjuk ahli penyakit infeksi.
Pemantauan
Pada bayi yang dilahirkan dari ibu penderita hepatitis B dan tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat perlu dilakukan pemeriksaan:
- HBsAg pada 1-2 bulan setelah lahir; bila positif perlu penanganan lebih lanjut, rujuk
ke subbagian hepatologi.
- Anti HBs untuk melihat tingkat kekebalan bayi; bila positif bayi telah mendapat
kekebalan dan terlindung dari infeksi.
Pencegahan
Tindakan pencegahan terhadap kejadian infeksi HB neonatal adalah dengan memberikan
imunoprofiaksis (lihat penanganan)
C. Ibu dengan infeksi Tuberkulosis (TB) Paru
Terdapat sekitar 11,9 juta kasus TB Paru di dunia (WHO). Indonesia menduduki
peringkat ketiga dalam jumlah kasus baru TB (0,4 juta kasus) menurut WHO tahun
1994. Jumlah kasus TB di tujuh Rumah Sakit Pusat Pendidikan di Indonesia (1998-2002)
adalah 1086 dengan kelompok usia terbanyak adalah 12-60 bulan (42,9%) sedangkan
bayi <12 bulan sebanyak 16,5%. Kejadian tuberkulosis (TB) kongenital jarang terjadi.
Ibu hamil dengan infeksi TB pada paru saja tidak akan menularkannya ke janin sampai
bayi lahir. Mekanisme infeksi intrauterin dapat melalui beberapa cara yaitu penyebaran
secara hematogen melalui vena umbilikalis atau aspirasi cairan amnion yang terinfeksi
(TB kongenital), transmisi melalui proses persalinan (TB natal), dan TB pascanatal terjadi
akibat penularan secara droplet. Ada 5 faktor yang menyebabkan peningkatan TB pada
anak dan dewasa muda yaitu epidemi HIV (human immunodefiiency virus), terjadinya
imigrasi dari daerah yang risiko tinggi terjadi TB ke daerah yang risiko rendah, peningkatan
transmisi terutama pada fasilitas kesehatan, terjadi multidrug-resistant TB, dan penurunan
pelayanan kesehatan pada penderita TB.
Diagnosis
Anamnesis
Defiisi TB kongenital adalah TB yang terjadi pada bayi berusia 1-84 hari.
22 Bayi Lahir dari Ibu Bermasalah
TB kongenital baru akan menimbulkan gejala pada usia 2-3 minggu
- Demam
- Gagal tumbuh
- Letargi
- Iritabel
- Toleransi minum buruk
- Distensi abdomen
Pemeriksaan Fisis
- Pembesaran kelenjar
- Berat badan menurun
- Hepatosplenomegali
- Distres respirasi
- Ear discharge
- Apnea
- Ikterus
- Berat badan lahir rendah, prematur
- Tanda-tanda pada sistem saraf pusat
Pemeriksaan laboratorium
- Kebanyakan kasusnya bersifat asimtomatik atau dengan gejala minimal
- Pada setiap bayi yang dicurigai menderita TB kongenital atau terinfeksi tuberkulosis
perinatal, dianjurkan dilakukan uji tuberkulin PPD meskipun hasilnya bisa negatif
kecuali kalau infeksi sudah berlangsung selama 4-6 bulan.
- Pemeriksaan plasenta (PA, mikrobiologis-BTA dan biakan TB)
- Bila selama evaluasi klinis terdapat limfadenopati, lesi kulit atau ear discharge, lakukan
pemeriksaan mikrobiologis dan atau PA.
- Bila perjalanan klinis terdapat hepatomegali, lakukan pemeriksaan USG abdomen,
jika ada lesi di hati lakukan biopsi hati.
- Bila bayi terbukti menderita TB kongenital, lakukan penanganan sebagai TB kongenital
(lihat penanganan TB kongenital)
- Foto dada, menunjukan adanya adenopati atau infitrat atau berupa bentuk milier.
- Pemeriksaan BTA (basil tahan asam) pada cairan lambung.
- Lumbal pungsi bila indikasi ke arah TB milier atau meningitis TB.
Pedoman Pelayanan Medis Edisi II 23
Tata Laksana
- Bila ibu menderita tuberkulosis paru aktif dan mendapat pengobatan kurang dari 2
bulan sebelum melahirkan, atau didiagnosis menderita TB setelah melahirkan:
- Jangan diberi vaksin BCG segera setelah lahir
- Beri profiaksis isoniazid (INH) 5 mg/kg sekali sehari peroral
- Pada usia 8 minggu lakukan evaluasi kembali, catat berat badan dan lakukan tes
Mantoux dan pemeriksaan radiologi bila memungkinkan:
- bila ditemukan kecurigaan TB aktif, mulai berikan pengobatan anti-TB lengkap
(sesuaikan dengan program pengobatan TB pada bayi dan anak)
- bila keadaan bayi baik dan hasil tes negatif, lanjutkan terapi pencegahan dengan
INH selama 6 bulan.
- Kortikosteroid diberikan apabila terdapat meningitis TB.
- Apabila terjadi resisten multiobat (MDR=multidrug resistant) berikan 4 macam obat
selama 12-18 bulan.- Tunda pemberian vaksin BCG sampai 2 minggu setelah pengobatan selesai. Bilavaksin
BCG sudah diberikan, ulang pemberiannya 2 minggu setelah pengobatan
INHselesai.- Yakinkan ibu bahwa ASI tetap boleh diberikan, dan sarankan
ibu untuk menggunakanmasker.- Lakukan tindak lanjut terhadap bayinya
tiap 2 minggu untuk menilai kenaikan beratbayi.PemantauanBila ibu baru
terdiagnosis setelah melahirkan atau belum diobati- Semua anggota
keluarga harus diperiksa lebih lanjut untuk kemungkinan terinfeksi.-
Bayi diperiksa foto dada dan tes PPD pada usia 4-6 minggu- Ulang tes PPD
pada usia 4 bulan dan 6 bulan.- Bila hasil tes negatif pada usia 4
bulan dan tidak ada infeksi aktif di seluruh anggotakeluarga; pemberian
INH dapat dihentikan, pemberian ASI dapat dilanjutkan, danbayi tidak
perlu dipisahkan dari ibu.Bila ibu tidak mengalami infeksi aktif, sedang
dalam pengobatan, hasil pemeriksaansputum negatif dan hasil foto dada
stabil:- Foto ulang ibu pada 3 dan 6 bulan setelah melahirkan, dan
yakinkan ibu tetap minumobat.- Periksa anggota keluarga lain- Bayi
diperiksa tes tuberkulin PPD pada usia 4 bulan; bila hasilnya negatif,
sputum ibunegatif, dan anggota keluarga lain tidak terinfeksi, hentikan
pemberian INH.- Ulang pemeriksaan tuberkulin PPD pada usia 6,9, dan 12
bulan.24 Bayi Lahir dari Ibu BermasalahAlur tatalaksana TB
perinatalSumber: Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak 2007Yakinkan ibu
bahwa ASI tetap boleh diberikan, dan sarankan ibu untuk
menggunakanmasker.Lakukan tindak lanjut terhadap bayinya tiap 2 minggu
untuk menilai kenaikan berat bayi.EVALUASIAWALDosisProfilaksis TBINH:
5-10mg/kg/hrTerapi TBINH: 5-10mg/kg/hrRifampisin:
10-15mg/kg/hrPirazinamid: 15-30mg/kg/hrEtambutol: 15-20mg/kg/hrIbu hamil
dengan tersangka/terbuktiTuberkulosis aktifPartusĻNeonatusEvaluasi
klinisPemeriksaan penunjangPemeriksaan klinis danpenunjang normalDK/
kontak TB (+)Profilaksis primerKlinis TB (+)DK/ TB PerinatalTerapi
TB(bila ada pemeriksaan penunjang1 (+), langsung terapi TB 9
bulan)EVALUASI1 BULANUji tuberkulin(+) indurasi 5mm(-) indurasi <
5mmTuberkulin (-)DK/ kontak TB(-)ProfilaksisprimerTuberkulin (+)DK/
TBTerapi TB 9 bulanLengkapiFoto toraksBilas lambungTuberkulin (-)DK/
TBTerapi TBteruskanEVALUASI3 BULANUji tuberkulin(+) indurasi 10 mm(-)
indurasi< 10mmSumberPenularan
(-)Tuberkulin(-)StopprofilaksisImunisasiBCGTuberkulin (+)a. bila klinis
(+)DK/TBTerapi TB 9bulanb. bila klinis (-)DK/InfeksiTBTanpa
sakit,profilaksissekunder12 bulanTuberkulin(-)DK/ BukanTBStop
terapiTBImunisasiBCGTuberkulin(+)DK/ TBTerapi TB9 bulanPedoman Pelayanan
Medis Edisi II 25Bila ibu mendapat pengobatan secara adekuat- Periksa
foto dada ulang ibu pada 3 dan 6 bulan setelah melahirkan karena
adakemungkinan terjadi eksaserbasi- Lakukan pemeriksaan ulang tes
tuberkulin PPD setiap 3 bulan selama 1 tahun, setelahitu evaluasi tiap
tahun.- INH tidak perlu diberikan pada bayi.- Periksa anggota keluarga
lain.PencegahanTindakan pencegahan yang paling efiien terhadap kejadian
TB neonatal adalahmenemukan dan mengobati kasus TB pada ibu hamil sedini
mungkin. Di daerah denganprevalens TB cukup tinggi, sebaiknya dilakukan
uji tuberkulin pada semua ibu hamilyang dicurigai kontak dengan
penderita TB; ibu hamil dengan HIV positif, diabetes ataugastrektomi;
atau ibu yang bekerja di lingkungan dengan kemungkinan penularan
cukuptinggi (seperti rumah sakit, penjara, rumah yatim piatu, dll).D.
Ibu dengan Infeksi MalariaDi daerah endemis Malaria, infeksi Plasmodium
falsiparum selama kehamilanmeningkatkan kejadian anemia ibu hamil,
abortus, lahir mati, kelahiran prematur, gangguanpertumbuhan
intrauterin, dan bayi berat lahir rendah (BBLR).DiagnosisAnamnesis-
Riwayat ibu bepergian ke daerah endemis- Riwayat ibu menderita malaria-
Gejala yang paling sering ditemukan antara lain demam dan anemia, selain
itu bisaterjadi kuning, tidak mau minum, lemas, sianosis bahkan
kehilangan kesadaran.Pemeriksaan Fisis- Ikterus-
HepatosplenomegaliPemeriksaan Laboratorium- Periksa apusan darah tipis
terutama untuk menemukan jenis Plasmodium falsiparumpada setiap bayi
yang dilahirkan dari ibu yang menderita atau dicurigai
menderitamalaria.26 Bayi Lahir dari Ibu Bermasalah- IgM dan PCR-
Pemeriksaan darah seperti hematokrit, leukosit, trombosit, bilirubin-
Cari tanda-tanda malaria kongenital (misal ikterus, hepatosplenomegali,
anemia,demam, masalah minum, muntah); meskipun kenyataannya sulit
dibedakan dengangejala malaria didapat.Tata LaksanaBayi yang lahir dari
ibu dengan malaria dapat mengalami kelahiran prematur, beratlahir
rendah, kecil untuk masa kehamilan, demam, masalah minum,
iritabilitas,hepatosplenomegali, ikterus, anemia.- Anjurkan ibu tetap
menyusui bayinyaDikuti dari: Lesko CR, et al. Arch Pediatr Adolesc Med
2007;161:1062-7.Pedoman Pelayanan Medis Edisi II 27- Periksa apusan
darah tipis terutama untuk plasmodium falsiparum, bila:- hasil negatif,
tidak perlu pengobatan- hasil positif, obati dengan anti-malaria- Ibu
hamil yang menderita malaria, bayinya berisiko menderita malaria
kongenital.- Periksa adanya tanda-tanda infeksi kongenital (demam,
masalah minum, muntah,hepatosplenomegali, ikterus, anemia); gejala
malaria kongenital sangat sulit dibedakandengan gejala malaria yang
didapat.- Berikan klorokuin basa (dosis maksimal 25 mg/kg) pada hari
pertama 10 mg/kgBB peroral, dilanjutkan 5 mg/kgBB 6 jam kemudian,
selanjutnya hari ke-2 dan ke-3 masingmasing 5 mg/kgBB untuk Plasmodium
vivax, P.ovale, dan P.malariae, sedangkan untukPlasmodium falciparum
yang cenderung resisten terhadap klorokuin digunakanquinine 10 mg/kg
BBper oral tiap 8 jam selama 8 hari ditambah dengan klindamisin20-40
mg/kgBB/hari dibagi 3 selama 5 hari.- Jangan memberi kina pada bayi di
bawah usia 4 bulan, karena dapat menimbulkanhipotensi.- Pada daerah yang
resisten klorokuin, saat ini terdapat terapi baru yang dikeluarkanoleh
WHO yaitu ACT (artemisin dan combination therapy) misalnya:
pemberianartemisin dan primakuin (usia >1 tahun) pada Plasmodium
falciparum,atau dapatdigunakan artemisin (25 mg/kg pada hari pertama dan
12,5 mg/kg pada hari ke2-3)dengan meflkuin (15 mg/kg dosis tunggal pada
hari kedua).PemantauanLakukan tindak lanjut tiap 2 minggu dalam 8
minggu untuk memeriksa pertumbuhanbayi dan memeriksa tanda-tanda malaria
kongenital.PencegahanSalah satu tindakan yang dikembangkan dan paling
efektif untuk mencegah komplikasiterhadap janin akibat infeksi malaria
selama hamil adalah: menemukan kasus dan memberikan pengobatan
intermiten sulfadoksin-pirimetaminminimal 2 kali selama hamil.E. Ibu
dengan Infeksi SifiisInsidens infeksi Sifiis semakin meningkat dari
tahun ke tahun, tetapi diperkirakan hanyaserpertiganya yang tercatat.
Meskipun transmisi infeksi sifiis ke janin diperkirakanterjadi pada dua
trimester akhir, tetapi kuman spirokhaeta dapat menembus plasentasetiap
saat selama kehamilan.28 Bayi Lahir dari Ibu
BermasalahDiagnosisAnamnesis dan pemeriksaan fiisSifiis kongenital
menimbulkan manifestasi klinis saat berusia 3 bulan kehidupan. Gejaladan
tanda klinis dapat berupa:- Hepatosplenomegali- Abnormalitas rangka
(osteokondritis, periostitis, pseudoparalisis)- Lesi kulit dan mukokutan
(ruam terutama di telapak tangan dan kaki)- Ikterus- Pneumonia- Anemia-
Watery nasal discharge (rinitis persisten)- Abnormalitas SSP atau
oftalmologi, Erb’s palsy atipikPemeriksaan laboratoriumLakukan
pemeriksaan klinis dan uji serologis (VDRL) segera setelah lahir pada
setiapbayi yang dilahirkan ibu dengan hasil seropositif yang:- Tidak
diobati atau tidak punya catatan pengobatan yang baik- Diobati selama
kehamilan trimester akhir- Diobati dengan obat selain penisilin- Tidak
terjadi penurunan titer treponema setelah pengobatan- Diobati tetapi
belum sembuhPemeriksaan Sifiis:- Nontreponemal test (4x/> dari titer
ibu) berupa RPR (rapid plasma reagin), VDRL(the veneral disease research
laboratory), dan ART (automated reagin test). Sensitivitassekitar 75%
pada sifiis primer, mendekati 100% pada sifiis sekunder, dan sekitar75%
untuk sifiis tersier atau laten.- Treponemal test seperti FTA-ABS (the
florescent treponemal antibody absorptiontest)- Pemeriksaan cairan
likuor otak untuk mengetahui adanya neurosifiis.- Ditemukannya
pleiositosis dan peningkatan protein.- FTA-ABS 19S Ig M test- PCR
(polymerase chain reaction) untuk mendeteksi adanya T. pallidum.Pedoman
Pelayanan Medis Edisi II 29Tata LaksanaIbu dengan infeksi sifiis- Bila
hasil uji serologis pada ibu positif dan sudah diobati dengan penisilin
2,4 juta unitdimulai sejak 30 hari sebelum melahirkan, bayi tidak perlu
diobati.- Bila ibu tidak diobati atau diobati secara tidak adekuat atau
tidak diketahui statuspengobatannya, maka:- beri bayi aqueous
crystalline penicillin G 50.000 U/kg/dosis IM/IV tiap 12 jam selama7
hari pertama usia kehidupannya, dilanjutkan tiap 8 jam sampai 10-14
hari.; atauaqueous procaine penicillin G 50.000 U/kg IM dosis tunggal
selama 10-14 hari.- beri ibu dan ayahnya benzatine penisilin 2,4 juta
unit IM dibagi dalam dua suntikanpada tempat yang berbeda.- Rujuk ibu
dan ayahnya ke rumah sakit yang melayani penyakit menular seksualuntuk
tindak lanjut.Pemantauan- Lakukan pemeriksaan rutin untuk memeriksa
pertumbuhan bayi dan tanda-tandasifiis kongenital pada bayi berusia 1,
2, 4, 6, dan 12 bulan.- Cari tanda-tanda sifiis kongenital pada bayi
(edema, ruam kulit, lepuh di telapaktangan/kaki, kondiloma di anus,
rinitis, hidrops fetalis/hepatosplenomegali)- Bila ada tanda-tanda di
atas, berikan terapi untuk sifiis kongenital- Lakukan follow-up setelah
terapi saat bayi berusia 3, 6, dan 12 bulan sampaipemeriksaan serologi
nonreaktif dan titer VDRL turun.- Laporkan kasusnya ke Dinas Kesehatan
setempat.PencegahanLakukan pemeriksaan serologis pada ibu hamil yang
mempunyai faktor risiko tinggi(pelaku seks komersial, sering berganti
pasangan, pecandu obat-obatan, riwayatmenderita infeksi sebelumnya,
riwayat infeksi HIV).Berikan pengobatan secara adekuat terhadap ibu
hamil yang terinfeksi untuk mencegahterjadinya sifiis
kongenital.Patofiiologi sifiis (masa inkubasi 3 minggu)a. Sifiis
didapat- Sifiis primerTimbul 1/> chancre (ulkus tidak sakit,
indurasi)- Sifiis sekunderTerjadi setelah 3-6 minggu. Terjadi ruam
polimorfi terutama telapak tangan dankaki, sakit tenggorokan, demam,
sakit kepala, limfadenopati difus, mialgia, artralgia,alopesia,
kondiloma lata, dan plak membran mukosa.30 Bayi Lahir dari Ibu
Bermasalah- Sifiis latenTidak ada gejala akan tetapi terdapat bukti
serologis adanya infeksi.- Sifiis tersierTimbul 4-12 tahun kemudian
setelah sifiis sekunder, dapat berupa gumma padakulit, tulang, atau
organ dalam.- NeurosifiisManifestasi dini antara lain: meningitis dan
penyakit neurovaskular. Manifestasilanjut berupa demensia, tabes
dorsalis, dan kejang.b. Sifiis kongenitalUmumnya lahir tidak menimbulkan
gejala, tetapi tanda klinis biasanya muncul setelahusia 3 bulan. Gejala
yang paling sering pada sifiis kongenital awal (lihat gejala dantanda
klinis di atas). Manifestasi lanjut terjadi setelah 2 tahun berupa
neurosifiis,perubahan tulang (frontal bossing, high palatal arch,
maksila pendek, hutchinson teeth,saddle nose), keratitis interstitial,
dan tuli saraf.F. Ibu dengan Infeksi ToxoplasmosisInsiden Toksoplasmosis
Kongenital di Amerika serikat berkisar dari 1/1000 sampai1/8000
kelahiran hidup. Penularan infeksi dari ibu ke bayi dapat secara
parenteral atausecara pervaginam. Jika infeksi didapat dari ibu pada
trimester pertama, sekitar 17%janin terinfeksi dan biasanya berat. Jika
infeksi didapat pada trimester ketiga, sekitar 65%janin terinfeksi dan
keterlibatannya ringan atau asimptomatik pada saat lahir. Hal yangbisa
terjadi bila bayi terinfeksi secara kongenital antara lain prematuritas
(25-50%), parutretina perifer, ikterus menetap, trombositopenia ringan,
pleositosis cairan serebrospinal,trias tanda-tanda klasik
(korioretinitis, hidrosefalus, dan kalsifiasi otak),
eritroblastosis,hidrops fetalis, dan kematian
perinatal.DiagnosisAnamnesisUmumnya gejala pada toxoplasmosis kongenital
mulai timbul pada usia 3 bulan ke atas.a. Neurologis: mikrosefali,
bertambahnya lingkar kepala tidak sebanding denganparameter pertumbuhan
yang lain, kejang opistotonus, paralisis, sulit menelan,gangguan
pernapasan, tuli, retardasi pertumbuhan intrauterin,
ketidakstabilanpengaturan suhu, ensefalitis dan hidrosefalus
obstruktif.b. Oftalmologis: yang paling sering korioretinitis yang
menyebabkan gangguanpenglihatan dan biasanya baru timbul pada usia
beberapa tahun kehidupan. Selainitu ditemukan strabismus, nistagmus,
katarak, mikrkornea, retinitis fokal nekrotising,skar korioretinal,
ptisis(destruksi bola mata), atrof optik, retinal detachment,
iritis,skleritis, uveitis, dan vitreitis. Penderita juga dapat menderita
retinopathy of prematuritydan korioretinitis sekaligus.Pedoman
Pelayanan Medis Edisi II 31c. Gejala lain yang ditemukan antara lain:
hepatosplenomegali, hiperbilirubinemiapersisten, trombositopenia,
limfadenopathy, anemia, hipogamaglobulinemia, sindromnefrotik.Gejala dan
tanda 210 bayi yang terbukt mengalami infeksi toxoplasmosis
kongenital[*]Penemuan Jumlah yang diuji Jumlah positi(%)Prematuritas
210Berat badan <2,500 g 8 (3.8)Berat badan 2,500–3,000 g 5
(7.1)Pertumbuhan janin terhambat 13 (6.2)Ikterus 201 20
(10)Hepatosplenomegali 210 9 (4.2)Thrombocitopenia purpura 210 3
(1.4)Jumlah sel darah abnormal (anemia, eosinophilia) 102 9
(4.4)Mikrocephali 210 11 (5.2)Hidrocefalus 210 8 (3.8)Hipotonia 210 12
(5.7)Konvulsi 210 8 (3.8)Retardasi psikomotor 210 11 (5.2)Kalsifiasi
intrakranial 210 24 (11.4)Ultrasound 49 5 (10)Computed tomography 13 11
(84)Electroencephalogram abnormal 191 16 (8.3)Likuor serebrospinal
abnormal 163 56 (34.2)Mikrophthalmia 210 6 (2.8)Strabismus 210 111
(5.2)Korioretiiti 210Unilateral 34 (16.1)Bilateral 12 (5.7)Data adapted
from Couvreur J, Desmonts G, Tournier G, et al:A homogeneous series of
210 casesof congenital toxoplasmosis in 0–11 mo old infants detected
prospectiely. Ann Pediatr (Paris)1984;31:815–819.Sekitar lebih dari 80%
toxoplasmosis kongenital yang tiak diobat dapat menyebabkan IQ anak
<70%pada 1 tahun usia kehidupannya, dapat juga menimbulkan kejang dan
gangguan penglihatan yangberat.32 Bayi Lahir dari Ibu BermasalahGejala
dan tanda yang tibul sebelum terdiagnossa atau selama menderita
toxoplasmosiskongenital yang tiak diobat pada 152 bayi (A) dan 101
anak-anak yang berusia 4 tahun atau lebih(B).Gejala dan Tanda Jumlah
PenderitaKelainan Neurologi(usia1th)Kelainan Umum(usia 2 th)A. Bayi 108
Pasien (%) 44 Pasien (%)Korioretiiti 102 (94) 29 (66)Cairan
serebrospinal abnormal 59 (55) 37 (84)Anemia 55 (51) 34 (77)Konvulsi 54
(50) 8 (18)Kalsifiasi intracranial 54 (50) 2 (4)Jaundice 31 (29) 35
(80)Hydrocephalus 30 (28) 0 (0)Demam 27 (25) 34 (77)Splenomegali 23 (21)
40 (90)Limfadenopathy 18 (17) 30 (68)Hepatomegali 18 (17) 34 (77)Muntah
17 (16) 21 (48)Mikrocephalus 14 (13) 0 (0)Diare 7 (6) 11 (25)Katarak 5
(5) 0 (0)Eosinophilia 6 (4) 8 (18)Perdarahan abnormal 3 (3) 8
(18)Hipothermia 2 (2) 9 (20)Glaukoma 2 (2) 0 (0)Atrof optius 2 (2) 0
(0)Mikroftalmia 2 (2) 0 (0)Rash 1 (1) 11 (25)Pneumoniti 0 (0) 18 (41)B.
Anak usia ≥4 tahun 70 Pasien (%) 31 Pasien (%)Retardasi mental 62 (89)
25 (81)Konvulsi 58 (83) 24 (77)Spastiitas and kelumpuhan (palsi) 53 (76)
18 (58)Gangguan penglihatan berat 48 (69) 13 (42)Hidrosefalus or
mikrosefalus 31 (44) 2 (6)Ketulian 12 (17) 3 (10)Normal 6 (9) 5
(16)Dikuti dari: Eichenwald H: A study of congenital toxoplasmosis. In
Slim JC (editor): HumanToxoplasmosis. Copenhagen, Munksgaard, 1960, pp
41–49. Study performed in 1947. The mostseverely involved
instiutinalized patints were not included in the later study of 101
children.Pedoman Pelayanan Medis Edisi II 33Pemeriksaan
laboratoriumPemeriksaan toksoplasmosis kongenitala. Serologis- Tes Sabin
Feldman (IgG)- Indirect Fluorescent Antibody (IFA IgG, IgM) sensitifias
25-50%- Double Sandwich Enzyme Immusorbant Assay (ELISA) (IgM, IgA,
IgE).- Immunosorbant Agglutination Assay (ISAGA) (IgM, IgA, IgE)
sensitifias sekitar 75-80%.b. PCR dapat mendeteksi T.gondii pada buffy
coat darah tepi, cairan serebrospinal ataucairan amnion untuk
mennentukan banyaknya DNA parasit yang muncul di awalkehamilan.
Sensitifias PCR pada kehamilan 17-21 minggu (>90%)c. Laboratorium-
Leukositosis/leukopeni. Awalnya limfositopenia atau monositosis.
Eosinofiia(>30%), trombositopenia.- Fungsi hati- Serum
Glucose-6-Phosphate-Dehydrogenase (G6PD) sebelum
pemberiansulfadiazinUrinalisis dan kreatininCairan serebrospinal:
xantokrom, mononuklearpleositosis, protein meningkat. PCR lebih baik
dalam mendeteksi parasit padacairan serebrospinal.d. CT ScanDapat
mendeteksi adanya kalsifiasi di periventrikel dan basal ganglia,,
hidrosefalusyang mungkin terjadi pada minggu pertama kehidupan, dan atau
adanya atrofkorteks.e. Pemeriksaan patologiHistologis: Ditemukannya
takizoit atau kista di jaringan atau cairan tubuh.Tata LaksanaSekitar
90% ibu terinfeksi selama kehamilan dilaporkan tidak menimbulkan gejala
dantidak terdiagnosis tanpa skrining antibodi.a. Terapi untuk mencegah
terjadinya kerusakan otak dan kelainan retina dalam uterusyang
ireversibel.- Spiramisin diberikan pada kehamilan <18 minggu sampai
aterm.- Pirimetamin, sulfadiazin, asam folat diberikan pada kehamilan
>18 minggu. Jikainfeksi fetus terjadi pada kehamilan <17 minggu
cukup diberikan sulfadiazinsaja sampai setelah trimester pertama, oleh
karena pirimetamin mempengaruhiorganogensis. Setelah pengobatan
diberikan pada ibu, diagnosis pada bayi menjadisulit karena klinis dan
serologis menjadi samar.34 Bayi Lahir dari Ibu Bermasalah- Diagnosis
prenatal dapat menggunakan PCR cairan amnion, sedangkan USGkepala untuk
mendeteksi adanya dilatasi ventrikel.- Pada beberapa keluarga
dipertimbangkan untuk melakukan aborsi terapetik padakehamilan <16
minggu.b. Infeksi pada neonatus guna memperbaiki gejala akut dan
outcome.- Pirimetamin 1 mg/kgBB/12 jam selama 2 hari dilanjutkan tiap
hari sampai usia 2-6bulan, dan 3x/minggu sampai usia 1 tahun. Efek
samping supresi sumsum tulangterutama netropenia, kejang, tremor dan
gangguan saluran cerna. Merupakaninhibitor reduktase dihidrofolat.-
Sulfadiazin 50 mg/kgBB/12jam sampai usia 1tahun. Efek samping supresi
sumsumtulang, kristaluria, hematuri dan/atau hipersensitif, dapat
diganti oleh klindamisin,azitromisin atau atovaquon.- Asam folat 10 mg,
3x/minggu sampai 1 minggu setelah pemberian pirimetaminberhenti.,
berguna untuk mencegah supresi sumsum tulang.- Prednison 0,5
mg/kgBB/12jam diberikan pada infeksi susunan saraf pusat yangaktif
(protein >1g/dL), korioretinitis aktif, penglihatan yang mengancam.
Pemberianprednison memerlukan tappering off dan dihentikan ketika gejala
membaik.- Shunt ventrikel pada hidrosefalus- Bayi dari ibu yang
terinfeksi HIV dan T.gondii dapat diberikan terapi bersamaantiretroviral
seperti zidovudin.PencegahanPerlu adanya kerjasama dari multidisiplin
antara lain dengan penyakit infeksi, penyakitmata, bedah saraf, bagian
tumbuh kembang anak.Kelainan pada mata yang paling sering ditemukan pada
toksoplasmosis kongenital perludilakukan pemeriksaan berkala setiap 3
bulan sampai 18 bulan kemudian setahun sekali.Dengan pengobatan yang
baik, korioretinitis membaik setelah 1-2minggu dan tidakrelaps.G. Ibu
dengan Infeksi RubellaInfeksi Rubella maternal pada kehamilan 12 minggu
pertama akan menimbulkan infeksipada fetus sekitar 81%, sekitar 54% pada
kehamilan 13-16 minggu, 36% pada kehamilan17-22 minggu, dan seterusnya
insiden akan semakin menurun dengan meningkatnya usiakehamilan.
Transmisi fetomaternal pada kehamilan 10 minggu pertama akan
menimbulkankelainan jantung dan tuli sebanyak 100% pada fetus yang
terinfeksi.Pedoman Pelayanan Medis Edisi II 35DiagnosisAnamnesis dan
Pemeriksaan FisisSindrom Rubella Congenital- Katarak- Tuli
sensorineural- Kelainan jantung kongenital (patent ductus arteriosus,
stenosis a.pulmonalis)Kelainan yang lain:- IUGR- Retinopati-
Mikroftalmia- Meningoensefalitis- Abnormalitas elektroensefalograf-
Trombositopenia purpura- Hipotonia- Abnormalitas dermatoglyphic-
Hepatosplenomegali- DM- Pada gambaran radiologi tampak tulang lusen-
Kelainan yang jarang terjadi berupa miokarditis, glaukoma, mikrosefali,
panensefalitis,progresif kronis, hepatitis, anemia,
hipogamaglobulinemia, kriptorkismus, abnormalitastiroid, penyakit ginjal
polikistik.Pemeriksaan LaboratoriumAntenatalIgM spesifi dari darah
fetus yang diperoleh secara PUBS dan antigen rubella dari biopsispesimen
vili horialis.PostnatalIsolasi virus rubella di urin, orofaring dan
deteksi IgM spesifi Rubella pada darahneonatus atau umbilikus.Tata
LaksanaTidak ada terapi spesifi untuk ibu maupun infeksi rubella
kongenital karena lebih darisetengah neonatus dengan rubella kongenital
asimptomatik pada saat lahir.PencegahanImunisasi36 Bayi Lahir dari Ibu
BermasalahKepustakaan1. Cloherty n . Manual of Neonatal Care, Sixth
Edition. 20082. Lesko CR,, Arguin PM, Newman RD. Congenital malaria in
the United States: a review of cases from1966 to 2005.Arch Pediatr
Adolesc Med. 2007;161:1062-7.3. Rahajoe N. Pedoman Nasional Tuberkulosis
Anak. 20074. WHO. Drug used in parasitic diseases. 19955. Hashemzadeh
Ad Heydarian F. Case report of Congenital in a neonate. Arch Irian Med.
2005; :22628.6. Coll O, Menendez C, Botet F, Dayal R, Carbonell-Estrany
X, Weisman LE, dkk Treatment and preventionof malaria in pregnancy and
newborn. J.Perinat Med. 2008;3 :15-29.7. Redbook. 2006, AAP, pp 631-644
Stoll BJ, Congenital syphilis : evaluation and management of
neonatesborn to mother with reactive serologic tests for syphilis.
Pediatr Infect Dis J. 1994;13: 845-53.ANaouriB, Virkud V, Malecki J,
Narita M, Ashkin D, Duncan H. Congenital pulmonary tuberculosis
associatedmaternal cerebral tuberculosis. JAMA. 2005;293:2710-18. Cowett
RM. Neonatal care of the infant of the diabetic mother. 2002;3;19.-6.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar