![]() |
Mau beli atau jualan parfum? |
PII.I.1 IMUNISASI UPAYA PENCEGAHAN PRIMER
Diketik ulang dari PEDOMAN IMUNISASI DI INDONESIA BAB I.1
yang ditulis oleh I.G.N Gde Ranuh
Penduduk Indonesia pada tahun 2006 telah melampaui 220 juta
dan ditengarai pula bahwa pertumbuhan penduduk bergerak lebih cepat, tidak
sesuai dengan perhitungan semula.
Pengendalian pertumbuhan penduduk hanya difokuskan pada
pasangan usia subur yg sangat miskin yg notabene jumlahnya kecil sekali yaitu
19% dari total jumlah pasangan usia subur di Indonesia.
Perhitungan terdahulu mengatakan bahwa laju pertumbuhan
penduduk akan terus turun bahkan pada
tahun 2020-2025 dimungkinkan mencapai 0,92%!
Namun kenyataan dewasa ini laju pertumbuhan penduduk
Indonesia telah mencapai angka yg cukup tinggi: 1,3%
Jumlah anak di bawah umur 15th masih merupakan golongan
penduduk yang sangat besar, yaitu kurang lebih sebesar 70juta (30,26%) dan usia
balita sebesar 23,7juta (10,4%).
Masalah lain yg penting dan memprihatinkan adalah meningkatnya
kurang gizi di berbagai pelosok Indonesia.
Apabila gizi kurang sebesar 37,5% pada tahun 1998 berhasil
ditekan mencapai 19,3% pada tahun 2002, gizi buruk sebesar 6,3% pada tahun 1989
tidak berhasil ditekan bahkan setelah tahun 2002 berprevalensi untuk menjadi
lebih dari 10% yg dapat kita saksikan belakangan ini.
Penyebabnya adalah kurang berfungsinya posyandu di
masyarakat di masa yg lalu, yaitu sejak krisis moneter 1997, bencana alam yg
datang bertubi-tubi di tanah air kita ini dan situasi politik dan keamanan yang
tidak kondusif.
Dengan revitalisasi posyandu dan program KB diharapkan
situasi kesehatan masyarakat dan pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan kembali.
Berkurangnya fungsi Posyandu, pemantauan anak kurang
mendapatkan perhatian, yg tercermin dengan menurunnya kesehatan anak pada
umumnya, khususnya adanya gizi kurang dan infeksi yg beberapa tahun yg lalu
sudah reda, menyerang anak-anak kembali, seperti Demam dengue, Poliomielitis,
Demam Tifoid, Difteri, Campak , dan lain-lain.
Pembangunan nasional jangka panjang menitikberatkan pada
kualitas hidup sumber daya manusia yg prima.
Untuk itu kita bertumpu pada generasi muda yg memerlukan
asuhan dan perlindungan thd penyakit yg dapat menghambat tumbuh kembangnya
menuju dewasa yg berkualitas tinggi guna meneruskan pembangunan nasional
jangaka panjang tersebut.
Profil epidemiologis di Indonesia sebagai gambaran tingkat
kesehatan di masyarakat masih memerlukan perhatian khusus yaitu,
1.Angka kematian kasar (CMR): 7,51 per 1000/tahun.
2.Angka kematian bayi (IMR): 48 per 1000 lahir hidup/ tahun.
3.Angka kematian balita (U5MR): 56 per 1000 lahir hidup/
tahun.
4.Angka kematian ibu hamil (MMR): 470 per 100.000 lahir
hidup/ tahun.
5.Cakupan imunisasi: BCG 85%, DTP 64%, Polio 74%, HB1 91%,
HB2 84,4%, HB3 83,0%, TT ibu hamil: TT-1 84% dan TT-2 77% (WHO)
Angka kematian bayi (AKB atau IMR) dalam 2 dasawarsa
terakhir ini menunjukkan penurunan yg bermakna, yaitu apabila pada th 1971
sampai 1980 memerlukan 10tahun untuk menurunkan AKB dari 142 menjadi 112 per
1000 kelahiran hidup dan hanya dalam kurun waktu 5 tahun, yaitu tahun 1985
sampai 1990 Indonesia berhasil menurunkan AKB dari 71 menjadi 54 dab bahkan
dari data 2001 telah menunjukkan angka 48 per 1000 kelahiran hidup (Profil
Kesehatan Indonesia 2001).
Penurunan tersebut diikuti dengan angka kematian balita atau
AKABA yg telah mencapai 56 per 1000 kelahiran hidup.
Prestasi yang gemilang tersebut tidak lain disebabkan karena
penggunaan teknologi tepat guna selama itu, yaitu memanfaatkan dengan baik
Kartu Menuju Sehat untuk memantau secara akurat Tumbuh kembang anak,
Peningkatan penggunaan ASI, Pemberian segera cairan oralit pada setiap kasus
diare pada anak dan Pemberian imunisasi pada anak balita sesuai Program
Pengembangan Imunisasi (PPI) yaitu BCG, Polio, Hepatitis B, DTP, dan Campak,
bahkan pada tahun 1990 Indonesia telah mencapai “Universal Child Immunization
(UCI)” dengan cakupan imunisasi sebesar 90% pada anak balita.
Ditambah lagi dengan gerakan PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
terhadap penyakit polio pada tahun 1995 – 1996 – 1997 secara berturut-turut dan
serentak di seluruh tanah air.
Namun kemudian karena adanya “outbreak” polio yg dimulai di
Jawa Barat dilakukan tindakan-tindakan khusus untuk mencegah menjalarnya lagi
polio liar di Indonesia secara intensif dengan pengulangan PIN pada tahun 2005
yg mudah-mudahan berhasil kita kendalikan.
Pada kesempatan tersebut juga vaksinasi terhadap tetanus dan
campak diberikan dengan harapan dapat mengurangi kesakitan dan kematian karena
kedua penyakit tersebut.
VAKSINASI, SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PRIMER
Seiring dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian anak
pada umumnya kualitas hidup bangsa akan meningkat pula.
Di samping itu, dengan terjadinya transisi demografik
mengakibatkan berkurangnya jumlah anak dalam satu keluarga (satu keluarga
memiliki 3 orang anka) maka kelompok usia produktif akan meningkat.
Meskipun demikikan usia anak di bawah 15 tahun masih
merupakan kelompok penduduk yng sangat besar dan memerlukan perhatian yang
lebih besar lagi.
Hasil penelitian di dunia mengatakan bahwa angka kelahiran
dan usia harapan hidup di suatu negara berkaitan, yaitu makin rendah angka
kelahiran makin tinggi usia harapan hidup.
Untuk itu pencegahan terhadap penyakit infeksi maupun upaya
yang menentukan situasi yg kondusif untuk itu mutlak harus dilakukan pada anak
dalam tumbuh kembangnya sedini mungkin guna dapat mempertahankan kualitas hidup
yg prima menuju dewasa.
Demikian pula perhitungan ekonomi mengatakan bahwa
pencegahan adalah suatu cara perlindungan yg paling efektif dan jauh lebih
murah daripada mengobati apabila sudah terserang penyakit dan memerlukan
perawatan rumah sakit.
Secara konvensional, upaya pencegahan penyakit dan keadaan
apa saja yg akan menghambat tumbuh kembang anak, seperti cedera dan keracunan
karena kecelakaan, kekerasan pada anak (fisik, mental maupun seksual), konsumsi
alkohol dan obat-obatan terlarang, dapat dilakukan dalam 3 tingkat, yaitu
pencegahan primer, sekunder dan tersier yg dapat dilaksanakan selama masa tumbuh
kembangnya sejak pra-konsepsi, prenatal, masa neonatal, bayi, masa sekolah, dan
remaja menuju dewasa.
Pencegahan primer adalah semua upaya untuk menghindari
terjadinya sakit atau kejadian yang mengakibatkan seseorang sakit atau
menderita cedera dan cacat.
Memperhatikan gizi dengan sanitasi lingkungan yg baik,
pengamanan terhadap segala macam cedera dan keracunan serta vaksinasi atau
imunisasi terhadapa penyakit adalah rangkaian upaya pencegahan primer.
Pencegahan sekunder dengan deteksi dini, bila diketahui
adanya penyimpangan kesehatan seorang bayi atau anak maka intervensi atau
pengobatan perlu segera diberikan untuk koreksi secepatnya.
Memberi pengobatan perlu segera diberikan untuk koreksi
secepatnya.
Memberi pengobatan sesuai diagnosis yg tepat adalah suatu
upaya pencegahan sekunder agar tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan,
yaitu meninggal atau meninggalkan gejala sisa, cacat fisik maupun mental.
Sedangkan pencegahan tersier adalah membatasi berlanjutnya gejala
sisa tersebut dengan upaya pemulihan seorang penderita agar dapat hidup mandiri
tanpa bantuan orang lain, sperti contoh pada terapi rehabilitasi medik pada
seorang anak dengan lumpuh layuh pada penyakit polio maupun cacat lainya karena
cedera kecelakaan dan lain-lain sebab.
Vaksinasi atau imunisasi merupakan teknologi yg sangat
berhasil di dunia kedokteran yg oleh Katz (1999) dikatakan sebagai “sumbangan
ilmu pengetahuan yg terbaik yg pernah diberikan padara ilmuwan di dunia ini”,
satu upaya kesehatan yg paling efektif dan efisien dibandingkan dengan upaya
kesehatan lainnya.
Pada tahun 1974 cakupan imunisasi baru mencapai 5% dan
setelah dilaksanakannya imunisasi global yg disebut dengan “Extended Program on
Immunization (EPI)” cakupan terus meningkat dan hampir setiap tahun minimal
sekitar 3 juta anak dapat terhindar dari kematian dan sekitar 750.000 anak
terhindar dari kecacatan.
Namun demikian, masih ada satu dari empat orang anak yang
belum mendapatkan vaksinasi dan 2 juta anak meninggal setiap tahunnya karena
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi.
Harapan akan hilangnya penyakit polio, campak dan
lain-lainnya di dunia adalah sesuatu yg tidak mustahil sehingga setiap anak
dapat tumbuh kembang secara optimal.
Perbaikan gizi anak disertai penyehatan lingkungan tidak
cukup untuk mencegah tertularnya anak oleh kuman, virus maupun parasit.
Vaksinasi dapat menekan penyakit yang endemik dan erat
hubungannya dengan lingkungan hidup.
WHO telah mencanangkan program imunisasi tersebut sejak 1974
dengan EPI dan kemudian lebih luas lagi dengan GPV (Global Programme fo Vaccines
and Immunization), organisasi pemerintahan dari seluruh dunia bersama UNICEF,
WHO, dan World Bank.
Ditambah lagi organisasi perorangan Bill dan Melinda Gates
Children’s Vaccine Programme dan Rockefeller Foundation.
Kekebalan atau imunitas tubuh terhadap ancaman penyakit
adalah tujuan utama dari pemberian vaksinasi.
Pada hakekatnya kekebalan tubuh dapat dimiliki secra pasif
maupun aktif.
Keduanya dapat diperoleh secara alami maupun buatan.
Kekebalaan pasif yg didapatkan secara alami adalah kekebalan
yg didapatkan transplasental, yaitu antibodi diberikan ibu kandungnya secara
pasif melalui plasenta kepada janin yg dikandungnya.
Semua bayi yg dilahirkan telah memiliki sedikit atau banyak
antibodi dari ibu kandungnya.
Sedangkan kekebalan pasif buatan adalah pemberian antibodi
yg sudah disiapkan dan dimasukkan ke dalam tubuh anak.
Seperti pada bayi baru lahir dari ibu yg mempunyai HbsAg positif
memerlukan imunoglobulin yg spesifik hepatitis B yg harus diberikan setelah
lahir dengan segera.
Pada seorang penderita yg sakit dapat pula diberikan
antibodi yg spesifik sesuai antigen sakitnya secara pasif.
Kekebalan aktif dapat diperoleh pula secara alami maupun
buatan.
Secara alami kekebalan aktif didapatkan apabila anak
terjangkit suatu penyakit, yg berarti masuknya antigen yg akan merangsang tubuh
anak membentuk antibodi sendiri secara aktif dan menjadi kebal karenanya.
Mekanisme yg sama adalah pemberian vaksin yg merangsang
tubuh manusia secara aktif membentuk antibodi dan kebal secara spesifik
terhadap antigen yang diberikan.
IMUNISASI DAN VAKSINASI
Perlu diketahui bahwa istilah imunisasi dan vaksinasi
seringkali diartikan sama.
Imunisasi pasif adalah suatu pemindahan atau transfer
antibodi secara pasif.
Vaksinasi adalah imunisasi aktif dengan pemberian vaksin
(antigen) yg dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun
di dalam tubuh.
Imunitas secara pasif dapat diperoleh dari pemberian 2 macam
imunoglobulin, yaitu imunoglobulin yg non-spesifik atau gammaglobulin dan
imunoglobulin yg spesifik yg berasal dari plasma donor yg sudah sembuh atau
baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu.
Imunoglobulin yg non-spesifik digunakan pada anak dengan
defisiensi imunoglobulin sehingga memberikan perlindungan secara segeradan
cepat.
Namun perlindungan tersebut tidak berlangsung permanen
melainkan hanya untuk beberapa minggu saja.
Demikian pula imunoglobulin yg non-spesifik mahal dan
memungkinan anak justru menjadi sakit karena kebetulan atau karena suatu
kecelakaan srum yg diberikan tidak bersih dan masih mengandung kuman yg aktif.
Sedangkan imunoglobuinn yg spesifik diberikan kepada anak yg
belum terlindung karena belum pernah mendapatkan vaksinasi dan kemudian
terserang misalnya penyakit difteri, tetanus, hepatitis A dan B.
Vaksinasi, merupakan suatu tindakan yg dengan sengaja
memberikan paparan dengan antigen yg berasal dari suatu patogen.
Antigen yg diberikan telah dibuat demikian rupa sehingga
tidak menimbulkan sakit namun mampu memproduksi limfosit yg peka sebagai
antibodi dan sel memori.
Cara ini meniru infeksi alamiah yg tidak menimbulkan sakit
namun cukup memberikan kekebalan.
Tujuannya adalah memberikan “infeksi ringan” yg tidak
berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun sehingga apabila terjangkit
penyakit yg sesungguhnya di kemudian hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh
dengan cepat membentuk antibodi dan mematikan antigen/ penyakit yg masuk
tersebut.
Demikian pula vaksinasi mempunyai berbagai keuntungan,
yaitu:
-Pertahanan tubuh yg terbentuk oleh beberapa vaksin akan
dibawa seumur hidupnya.
-Vaksinasi adalah “cost-effective” karena murah dan efektif.
-Vaksinasi tidak berbahaya.
Reaksi yg serius sangat jarang terjadi, jauh lebih jarang
daripada komplikasi yg timbul apabila terserang penyakit tersebut secara alami.
Bersambung ...
========================================================================
Mau tahu tentang FM Indonesia, buruan supaya ngak nyesel, segera klik
www.sahabat-wangi.com/index.php?id=drfreddy
WA 081808395318
BBM 5376DABF
Email federicomahora@outlook.com
http://freddyfragrance.blogspot.co.id/
Jangan lupa "Like" www.facebook.com/federicomahoraindonesia#
![]() |
Mau beli atau jualan parfum? |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar