Minggu, 20 September 2015

PII.I.1 IMUNISASI UPAYA PENCEGAHAN PRIMER

Mau beli atau jualan parfum?


PII.I.1 IMUNISASI UPAYA PENCEGAHAN PRIMER

Diketik ulang dari PEDOMAN IMUNISASI DI INDONESIA BAB I.1 yang ditulis oleh I.G.N Gde Ranuh

Penduduk Indonesia pada tahun 2006 telah melampaui 220 juta dan ditengarai pula bahwa pertumbuhan penduduk bergerak lebih cepat, tidak sesuai dengan perhitungan semula.
Pengendalian pertumbuhan penduduk hanya difokuskan pada pasangan usia subur yg sangat miskin yg notabene jumlahnya kecil sekali yaitu 19% dari total jumlah pasangan usia subur di Indonesia.

Perhitungan terdahulu mengatakan bahwa laju pertumbuhan penduduk akan terus turun  bahkan pada tahun 2020-2025 dimungkinkan mencapai 0,92%!
Namun kenyataan dewasa ini laju pertumbuhan penduduk Indonesia telah mencapai angka yg cukup tinggi: 1,3%
Jumlah anak di bawah umur 15th masih merupakan golongan penduduk yang sangat besar, yaitu kurang lebih sebesar 70juta (30,26%) dan usia balita sebesar 23,7juta (10,4%).

Masalah lain yg penting dan memprihatinkan adalah meningkatnya kurang gizi di berbagai pelosok Indonesia.
Apabila gizi kurang sebesar 37,5% pada tahun 1998 berhasil ditekan mencapai 19,3% pada tahun 2002, gizi buruk sebesar 6,3% pada tahun 1989 tidak berhasil ditekan bahkan setelah tahun 2002 berprevalensi untuk menjadi lebih dari 10% yg dapat kita saksikan belakangan ini.
Penyebabnya adalah kurang berfungsinya posyandu di masyarakat di masa yg lalu, yaitu sejak krisis moneter 1997, bencana alam yg datang bertubi-tubi di tanah air kita ini dan situasi politik dan keamanan yang tidak kondusif.

Dengan revitalisasi posyandu dan program KB diharapkan situasi kesehatan masyarakat dan pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan kembali.

Berkurangnya fungsi Posyandu, pemantauan anak kurang mendapatkan perhatian, yg tercermin dengan menurunnya kesehatan anak pada umumnya, khususnya adanya gizi kurang dan infeksi yg beberapa tahun yg lalu sudah reda, menyerang anak-anak kembali, seperti Demam dengue, Poliomielitis, Demam Tifoid, Difteri, Campak , dan lain-lain.

Pembangunan nasional jangka panjang menitikberatkan pada kualitas hidup sumber daya manusia yg prima.
Untuk itu kita bertumpu pada generasi muda yg memerlukan asuhan dan perlindungan thd penyakit yg dapat menghambat tumbuh kembangnya menuju dewasa yg berkualitas tinggi guna meneruskan pembangunan nasional jangaka panjang tersebut.

Profil epidemiologis di Indonesia sebagai gambaran tingkat kesehatan di masyarakat masih memerlukan perhatian khusus yaitu,
1.Angka kematian kasar (CMR): 7,51 per 1000/tahun.
2.Angka kematian bayi (IMR): 48 per 1000 lahir hidup/ tahun.
3.Angka kematian balita (U5MR): 56 per 1000 lahir hidup/ tahun.
4.Angka kematian ibu hamil (MMR): 470 per 100.000 lahir hidup/ tahun.
5.Cakupan imunisasi: BCG 85%, DTP 64%, Polio 74%, HB1 91%, HB2 84,4%, HB3 83,0%, TT ibu hamil: TT-1 84% dan TT-2 77% (WHO)

Angka kematian bayi (AKB atau IMR) dalam 2 dasawarsa terakhir ini menunjukkan penurunan yg bermakna, yaitu apabila pada th 1971 sampai 1980 memerlukan 10tahun untuk menurunkan AKB dari 142 menjadi 112 per 1000 kelahiran hidup dan hanya dalam kurun waktu 5 tahun, yaitu tahun 1985 sampai 1990 Indonesia berhasil menurunkan AKB dari 71 menjadi 54 dab bahkan dari data 2001 telah menunjukkan angka 48 per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia 2001).
Penurunan tersebut diikuti dengan angka kematian balita atau AKABA yg telah mencapai 56 per 1000 kelahiran hidup.

Prestasi yang gemilang tersebut tidak lain disebabkan karena penggunaan teknologi tepat guna selama itu, yaitu memanfaatkan dengan baik Kartu Menuju Sehat untuk memantau secara akurat Tumbuh kembang anak, Peningkatan penggunaan ASI, Pemberian segera cairan oralit pada setiap kasus diare pada anak dan Pemberian imunisasi pada anak balita sesuai Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yaitu BCG, Polio, Hepatitis B, DTP, dan Campak, bahkan pada tahun 1990 Indonesia telah mencapai “Universal Child Immunization (UCI)” dengan cakupan imunisasi sebesar 90% pada anak balita.
Ditambah lagi dengan gerakan PIN (Pekan Imunisasi Nasional) terhadap penyakit polio pada tahun 1995 – 1996 – 1997 secara berturut-turut dan serentak di seluruh tanah air.

Namun kemudian karena adanya “outbreak” polio yg dimulai di Jawa Barat dilakukan tindakan-tindakan khusus untuk mencegah menjalarnya lagi polio liar di Indonesia secara intensif dengan pengulangan PIN pada tahun 2005 yg mudah-mudahan berhasil kita kendalikan.
Pada kesempatan tersebut juga vaksinasi terhadap tetanus dan campak diberikan dengan harapan dapat mengurangi kesakitan dan kematian karena kedua penyakit tersebut.

VAKSINASI, SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PRIMER
Seiring dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian anak pada umumnya kualitas hidup bangsa akan meningkat pula.
Di samping itu, dengan terjadinya transisi demografik mengakibatkan berkurangnya jumlah anak dalam satu keluarga (satu keluarga memiliki 3 orang anka) maka kelompok usia produktif akan meningkat.

Meskipun demikikan usia anak di bawah 15 tahun masih merupakan kelompok penduduk yng sangat besar dan memerlukan perhatian yang lebih besar lagi.
Hasil penelitian di dunia mengatakan bahwa angka kelahiran dan usia harapan hidup di suatu negara berkaitan, yaitu makin rendah angka kelahiran makin tinggi usia harapan hidup.
Untuk itu pencegahan terhadap penyakit infeksi maupun upaya yang menentukan situasi yg kondusif untuk itu mutlak harus dilakukan pada anak dalam tumbuh kembangnya sedini mungkin guna dapat mempertahankan kualitas hidup yg prima menuju dewasa.

Demikian pula perhitungan ekonomi mengatakan bahwa pencegahan adalah suatu cara perlindungan yg paling efektif dan jauh lebih murah daripada mengobati apabila sudah terserang penyakit dan memerlukan perawatan rumah sakit.

Secara konvensional, upaya pencegahan penyakit dan keadaan apa saja yg akan menghambat tumbuh kembang anak, seperti cedera dan keracunan karena kecelakaan, kekerasan pada anak (fisik, mental maupun seksual), konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, dapat dilakukan dalam 3 tingkat, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier yg dapat dilaksanakan selama masa tumbuh kembangnya sejak pra-konsepsi, prenatal, masa neonatal, bayi, masa sekolah, dan remaja menuju dewasa.

Pencegahan primer adalah semua upaya untuk menghindari terjadinya sakit atau kejadian yang mengakibatkan seseorang sakit atau menderita cedera dan cacat.

Memperhatikan gizi dengan sanitasi lingkungan yg baik, pengamanan terhadap segala macam cedera dan keracunan serta vaksinasi atau imunisasi terhadapa penyakit adalah rangkaian upaya pencegahan primer.

Pencegahan sekunder dengan deteksi dini, bila diketahui adanya penyimpangan kesehatan seorang bayi atau anak maka intervensi atau pengobatan perlu segera diberikan untuk koreksi secepatnya.
Memberi pengobatan perlu segera diberikan untuk koreksi secepatnya.
Memberi pengobatan sesuai diagnosis yg tepat adalah suatu upaya pencegahan sekunder agar tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan, yaitu meninggal atau meninggalkan gejala sisa, cacat fisik maupun mental.

Sedangkan pencegahan tersier adalah membatasi berlanjutnya gejala sisa tersebut dengan upaya pemulihan seorang penderita agar dapat hidup mandiri tanpa bantuan orang lain, sperti contoh pada terapi rehabilitasi medik pada seorang anak dengan lumpuh layuh pada penyakit polio maupun cacat lainya karena cedera kecelakaan dan lain-lain sebab.

Vaksinasi atau imunisasi merupakan teknologi yg sangat berhasil di dunia kedokteran yg oleh Katz (1999) dikatakan sebagai “sumbangan ilmu pengetahuan yg terbaik yg pernah diberikan padara ilmuwan di dunia ini”, satu upaya kesehatan yg paling efektif dan efisien dibandingkan dengan upaya kesehatan lainnya.

Pada tahun 1974 cakupan imunisasi baru mencapai 5% dan setelah dilaksanakannya imunisasi global yg disebut dengan “Extended Program on Immunization (EPI)” cakupan terus meningkat dan hampir setiap tahun minimal sekitar 3 juta anak dapat terhindar dari kematian dan sekitar 750.000 anak terhindar dari kecacatan.
Namun demikian, masih ada satu dari empat orang anak yang belum mendapatkan vaksinasi dan 2 juta anak meninggal setiap tahunnya karena penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi.

Harapan akan hilangnya penyakit polio, campak dan lain-lainnya di dunia adalah sesuatu yg tidak mustahil sehingga setiap anak dapat tumbuh kembang secara optimal.
Perbaikan gizi anak disertai penyehatan lingkungan tidak cukup untuk mencegah tertularnya anak oleh kuman, virus maupun parasit.
Vaksinasi dapat menekan penyakit yang endemik dan erat hubungannya dengan lingkungan hidup.

WHO telah mencanangkan program imunisasi tersebut sejak 1974 dengan EPI dan kemudian lebih luas lagi dengan GPV (Global Programme fo Vaccines and Immunization), organisasi pemerintahan dari seluruh dunia bersama UNICEF, WHO, dan World Bank.
Ditambah lagi organisasi perorangan Bill dan Melinda Gates Children’s Vaccine Programme dan Rockefeller Foundation.

Kekebalan atau imunitas tubuh terhadap ancaman penyakit adalah tujuan utama dari pemberian vaksinasi.

Pada hakekatnya kekebalan tubuh dapat dimiliki secra pasif maupun aktif.
Keduanya dapat diperoleh secara alami maupun buatan.
Kekebalaan pasif yg didapatkan secara alami adalah kekebalan yg didapatkan transplasental, yaitu antibodi diberikan ibu kandungnya secara pasif melalui plasenta kepada janin yg dikandungnya.
Semua bayi yg dilahirkan telah memiliki sedikit atau banyak antibodi dari ibu kandungnya.

Sedangkan kekebalan pasif buatan adalah pemberian antibodi yg sudah disiapkan dan dimasukkan ke dalam tubuh anak.
Seperti pada bayi baru lahir dari ibu yg mempunyai HbsAg positif memerlukan imunoglobulin yg spesifik hepatitis B yg harus diberikan setelah lahir dengan segera.
Pada seorang penderita yg sakit dapat pula diberikan antibodi yg spesifik sesuai antigen sakitnya secara pasif.
Kekebalan aktif dapat diperoleh pula secara alami maupun buatan.

Secara alami kekebalan aktif didapatkan apabila anak terjangkit suatu penyakit, yg berarti masuknya antigen yg akan merangsang tubuh anak membentuk antibodi sendiri secara aktif dan menjadi kebal karenanya.
Mekanisme yg sama adalah pemberian vaksin yg merangsang tubuh manusia secara aktif membentuk antibodi dan kebal secara spesifik terhadap antigen yang diberikan.

IMUNISASI DAN VAKSINASI
Perlu diketahui bahwa istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama.
Imunisasi pasif adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif.
Vaksinasi adalah imunisasi aktif dengan pemberian vaksin (antigen) yg dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh.

Imunitas secara pasif dapat diperoleh dari pemberian 2 macam imunoglobulin, yaitu imunoglobulin yg non-spesifik atau gammaglobulin dan imunoglobulin yg spesifik yg berasal dari plasma donor yg sudah sembuh atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu.

Imunoglobulin yg non-spesifik digunakan pada anak dengan defisiensi imunoglobulin sehingga memberikan perlindungan secara segeradan cepat.
Namun perlindungan tersebut tidak berlangsung permanen melainkan hanya untuk beberapa minggu saja.
Demikian pula imunoglobulin yg non-spesifik mahal dan memungkinan anak justru menjadi sakit karena kebetulan atau karena suatu kecelakaan srum yg diberikan tidak bersih dan masih mengandung kuman yg aktif.

Sedangkan imunoglobuinn yg spesifik diberikan kepada anak yg belum terlindung karena belum pernah mendapatkan vaksinasi dan kemudian terserang misalnya penyakit difteri, tetanus, hepatitis A dan B.

Vaksinasi, merupakan suatu tindakan yg dengan sengaja memberikan paparan dengan antigen yg berasal dari suatu patogen.
Antigen yg diberikan telah dibuat demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun mampu memproduksi limfosit yg peka sebagai antibodi dan sel memori.
Cara ini meniru infeksi alamiah yg tidak menimbulkan sakit namun cukup memberikan kekebalan.
Tujuannya adalah memberikan “infeksi ringan” yg tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun sehingga apabila terjangkit penyakit yg sesungguhnya di kemudian hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh dengan cepat membentuk antibodi dan mematikan antigen/ penyakit yg masuk tersebut.

Demikian pula vaksinasi mempunyai berbagai keuntungan, yaitu:
-Pertahanan tubuh yg terbentuk oleh beberapa vaksin akan dibawa seumur hidupnya.
-Vaksinasi adalah “cost-effective” karena murah dan efektif.
-Vaksinasi tidak berbahaya.
Reaksi yg serius sangat jarang terjadi, jauh lebih jarang daripada komplikasi yg timbul apabila terserang penyakit tersebut secara alami.

PEDOMAN IMUNISASI di INDONESIA
Bersambung ...
========================================================================

Mau tahu tentang FM Indonesia, buruan supaya ngak nyesel, segera klik
www.sahabat-wangi.com/index.php?id=drfreddy
WA 081808395318
BBM 5376DABF
Email federicomahora@outlook.com
http://freddyfragrance.blogspot.co.id/
Jangan lupa "Like" www.facebook.com/federicomahoraindonesia#

Mau beli atau jualan parfum?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar