 |
Parfumnya para Artis, kalau Anda bagaimana?
|
PII.II.2. JADWAL IMUNISASI
Diketik ulang oleh Federico Mahora dari PEDOMAN IMUNISASI DI
INDONESIA 2011, yg ditulis oleh Prof. DR. Dr. SRI REZEKI HADINEGORO, SpA (K)
Jadwal Imunisasi IDAI secara berkala dievaluasi, berdasarkan
perubahan epidemiologi penyakit, kebijakan Kementerian Kesehatan/ WHO,
kebijakan global, dan pengadaan vaksin di Indonesia.
-Terdapat beberapa perbedaan antara jadwal imunisasi tahun
2011 dengan jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2008.
a.Pada jadwal imunisasi 2011, tidak dibedakan lagi antara
vaksinasi Program Pengembangan Imunisasi (PPI, wajid) dan Program Imunisasi
Non-PPI (dianjurkan).
Mengingat semua vaksinasi untuk mencegah kematian dan
kecacatan harus diberikan pada bayi dan anak.
b.Vaksinasi varisela dapat diberikan sejak usia 12 bulan.
c.Progam BIAS, mulai tahun 2011 memberikan vaksinasi Td
untuk menggantikan vaksin TD
d.Penambahan dalam foot-note.
e.Memasukan vaksin rotavirus dalam jadwal imunisasi.
-Pemberian hepatitis B saat lahir sangat dianjurkan untuk
mengurangi penularan hepatitis B dari ibu ke bayinya sedini mungkin.
-Pemberian vaksin kombinasi, dengan maksud untuk
mempersingkat jadwal, mengurangi jumlah suntikan, dan mengurangi kunjungan
tetap dianjurkan.
Selain vaksin kombinasi DTP dengan Hib (baik DTwP/ Hib maupun
DtaP/ Hib, atau DtaP/ Hib/ IPV), Kementerian Kesehatan memberikan vaksin
kombinasi DTwP dengan Hepatitis B (DTwP/ HepB) dalam Program Imunisasi
Nasional.
-Imunisasi campak yg hanya diberikan satu kali pada usia 9
bulan, dalam kajian Badan Penelitian & Pengembangan Depkes ternyata kurang
memberikan perlindungan jangka panjang.
Oleh karena itu, diberikan suntikan penguat pada saat masuk
sekolah dasar melalui program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah).
-Mengacu pada ketentuan WHO 2005 mengenai program eradikasi
polio, apabila di Indonesia tidak terdapat lagi virus polio liar (wild polio
virus) selama 3 tahun berturut-turut, besaran cakupan imunisasi polio cukup
tinggi (>90%), serta survailans AFP yg baik; maka untuk imunisasi rutin
(PPI) dapat diberikan eIPV (Enhanced Inactivated Polio Vaccine, injectable
polio vaccine)
-Jadwal imunisasi Program Imunisasi Nasional Kementrian
Kesehatan yg baru tetap dipergunakan, bersama jadwal imunisasi IDAI.
IMUNISASI PROGRAM NASIONAL
Imunisasi program nasional meliputi BCG, Polio, Hepatitis B,
DTP dan campak.
BCG
-Imunisasi BCG optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan.
Namun untuk mencapai cakupan yg lebih luas, Kementerian
Kesehatan menganjurkan pemberian imunisasi BCG pada umur antara 0-12 bulan.
-Dosis 0,05ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1ml untuk
anak (>1 tahun).
Vaksin BCG diberikan secara intrakutan di daerah lengan
kanan atas pada insersio M. Deltoideus sesuai anjuran WHO, tidak di tempat lain
(misalnya bokong, paha).
Hal ini mengingat penyuntikan di tempat secara intradermal
di daerah deltoid lebih mudah dilakukan (jaringan lemak subkutis tipis), ulkus
yg terbentuk tidak mengganggu struktur
otot setempat (dibandingkan pemberian di daerah gluteal lateral atau paha
anterior, dan sebagai tanda baku untuk keperluan diagnosis apabila diperlukan.
-Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan.
-Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberkulosis, namun
dapat mencegah komplikasinya.
Para pakar menyatakan bahwa:
1.Efektivitas vaksin untuk perlindungan penyakit hanya 40%
2.Sekitar 70% kasus TB berat (meningitis) ternyata mempunyai
parut BCG
3.Kasus dewasa dengan BTA (bakteri tahan asam) positif di
Indonesia cukup tinggi (25-36%) walaupun mereka telah mendapat BCG pada masa
kanak-kanak.
Oleh karena itu, saat ini WHO sedang mengembangkan vaksin BCG baru yg lebih efektif.
-Vaksin BCG merupakan vaksin hidup maka tidak diberikan pada
pasien imunokompromais (leukemia, anak yg sedang mendapat pengobatan steroid
jangka panjang, atau bayi yg telah diketahui atau dicurigai menderita infeksi
HIV).
-Apabila BCG diberikan setelah umur 3 bulan, perlu dilakukan
uji tuberkulin terlebih dahulu.
Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
Apabila uji tuberkulin tidak memungkinkan, BCG dapat
diberikan namun perlu diobservasi dalam waktu 7 hari.
Apabila terdapat reaksi lokal cepat di tempat suntikan
(Accelerated Local Reaction), perlu tindakan lebih lanjut (tanda diagnostik
tuberkulosis).
HEPATITIS B
Vaksin hepatitis B (Hep B) harus segera diberikan setelah
lahir, mengingat vaksinasi HepB merupakan upaya pencegahan yg sangat efektif
untuk memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu ke
bayinya.
-Jadwal imunisasi hepatitis B
-Imunisasi Hep B-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12
jam) setelah lahir, mengingat paling tidak 3,9% ibu hamil mengidap hepatitis B
aktif dengan risiko penularan kepada bayinya sebesar 45%.
-Imunisasi Hep B2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari
imunisasi HepB1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan.
Untuk mendapat respons imun optimal, interval imunisasi
HepB2 dengan HepB3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
Maka imunisasi HepB3 diberikan pada umur 3-6 bulan.
-Jadwal dan dosis HepB1 saat bayi lahir dibuat berdasarkan
status HbsAg ibu saat melahirkan yaitu:
1.Ibu dengan status HBsAg yg tidak diketahui.
2.Ibu HBsAg positif
3.Ibu HBsAg negatif
-Kementerian Kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin
HepB0 monovalen (dalam kemasan uniject) saat lahir dilanjutkan dengan vaksin
kombinasi DTwP/HepB pada umur 2-3-4 bulan.
Tujuan vaksin Hep B diberikan dalam kombinasi dengan DTwP
untuk mempermudah pemberian dan meningkatkan cakupan HepB3 yg masih rendah.
PEMBERIAN VAKSINASI HEP B SAAT BAYI LAHIR, TERGANTUNG STATUS
HBsAg IBU
-Bayi lahir dari ibu dengan status HBsAg yg tidak diketahui,
HepB1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan dilanjutkan pada
umur 1 bulan dan 3-6 bulan.
Apabila semula status HBsAg ibu tidak diketahui dan ternyata
dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HBsAg + maka ditambahkan hep B
imunoglobulin (HBIg) 0,5ml sebelum bayi berumur 7 hari.
-Bayi lahir dari ibu dengan status HBsAg +: diberikan vaksin
HepB1 dan HBIg 0,5ml secara bersamaan dalam waktu 12 jam setelah lahir.
ULANGAN IMUNISASI HEPATITIS B
-Telah dilakukan penelitian multisenter di Thailand dan Taiwan
terhadap anak dari ibu pengidap Hep B, yg telah memperoleh imunisasi dasar 3x
pada masa bayi.
Pada umur 5 tahun, 90,7% di antaranya masih memiliki titer
antibodi anti HBs protektif (kadar anti HBs >10ug/ml).
Mengingat pola epidemiologi di Thailand, maka dapat
disimpulkan bahwa imunisasi ulang (booster) pada usia 5 tahun tidak diperlukan.
Idealnya, pada usia 5 tahun ini dilakukan pemeriksaan kadar
anti HBs.
-Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah
memperoleh imunisasi hep B maka secepatnya diberikan imunisasi Hep B dengan
jadwal 3x pemberian (catch-up vaccination).
-Ulangan imunisasi hepB (HepB4) dapat dipertimbangkan pada
umur 10-12 tahun, apabila kadar pencegahan belum tercapai (anti HBs
<10ug/ml).
Cakupan imunisasi hepB3 di Indonesia sangat rendah apabila
dibandingkan dengan DTP3.
Untuk mengatasi hal tersebut, sejak tahun 2006 imunisasi
HepB pada jadwal Kementerian Kesehatan dikombinasikan dengan DTwP.
Jadwal Kemkes dapat dipergunakan bersama jadwal imunisasi
rekomendasi IDAI.
DTwP (WHOLE-CELL PERTUSSIS) DAN DtaP (ACELLULAR PERTUSSIS)
Saat ini telah ada vaksin DtaP (DTP dengan komponen
acellular pertusis) di samping vaksin DTwP (DTP dengan komponen whole cell
pertusis) yg telah dipakai selama ini.
Kedua vaksin DTP tersebut dapat dipergunakan secara
bersamaan dalam jadwal imunisasi.
JADWAL IMUNISASI
Imunisasi dasar DTP (primary immunization) diberikaqn 3x
sejak umur 2 bulan (DTP tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan
interval 4-8 minggu.
Interval terbaik diberikan 8 minggu, jadi DTP1 diberkan pada
umur 2 bulan, DTP2 pada umur 4 bulan dan DTP3 pada umur 6 bulan.
Ulangan booster DTP selanjutnya (DTP4) diberikan 1 tahun
setelah DTP3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DTP5 pada saat masuk sekolah umur
5 tahun.
VAKSINASI PENGUAT (BOOSTER)
-Imunisasi DTP booster ke 2 (DTP5) pada umur 5 tahun harus
tetap diberikan vaksin dengan komponen pertusis (sebaiknya diberikan DtaP)
untuk mengurangi demam pasca imunisasi) mengingat kejadian pertusis pada dewasa
muda meningkat akibat ambang proteksi yg sangat rendah sehingga dapat menjadi
sumber penularan pada bayi dan anak.
-Program imunisasi nasional
a.Tidak ada vaksinasi ulangan pada usia 18-24 bulan (sesuai
ketentuan WHO).
b.Apabila pada umur 5 tahun belum diberikan DTP5 maka
vaksinasi penguat diberikan Td sesuai program BIAS (SD kelas 1, umur 7 tahun).
c.Vaksinasi penguat Td diberikan sesuai program BIAS (SD
kelas 6, umur 12-13 tahun).
DOSIS VAKSINASI DTP
-DTwP, DTaP, DT atau dT adalah 0,5 ml, diberikan secara
intramuskular, baik untuk imunisasi dasar maupun ulangan.
-Pemberian DTP kombinasi
Vaksin DTP dapat diberikan secara kombinasi dengna vaksin
lain yaitu DTwP/HepB, DtaP/Hib, DTwP/Hib, DtaP/IPV, DTaP/Hib/IPV.
TETANUS
Upaya Kementrian Kesehatan melaksanakan Program Eliminasi
Tetanus Neonatorum (ETN) tahun 2000 belum terlaksana sepenuhnya.
Maka pada pemberian vaksin tetanus beberapa hal perlu
mendapat perhatian:
-Jadwal imunisasi tetanus, sesuai dengan imunisasi DTP.
-Perkiraan lama waktu perlindungan antibodi tetanus.
Program imunisasi mengharuskan seorang anak minimal mendapat
vaksin tetanus toksoid sebanyak 5x untuk mendapatkan perlindungan seumur hidup.
Dengan demikian, setiap wanita usia subur (WUS) telah
mendapat perlindungan untuk bayi yg akan dilahirkannya terhadap bahaya tetanus
neonatorum (pemberian vaksin TT WUS dan TT ibu hamil).
Perlindungan tersebut dapat diperoleh dengan cara sebagai
berikut:
-Imunisasi DTP primer pada bayi 3x akan memberikan imunitas
selama 1-3 tahun.
3 dosis toksoid tetanus pada bayi tersebut, setara dengan 2 dosis
toksoid pada dewasa.
-Ulangan DTP pada umur 18-24 bulan (DTP4) akan memperpanjang
imunitas 5 tahun yaitu sampai dengan umur 6-7 tahun pada umur dewasa dihitung
setara 3 dosis toksoid.
-Dosis toksoid tetanus kelima (DTP/Td5) bila diberikan pada
usia masuk sekolah akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi yaitu pada sampai
umur 17-18 tahun, pada umur dewasa dihitung setara 4 dosis toksoid.
-Dosis toksoid tetanus tambahan yg diberikan pada tahun
berikutnya di sekolah (DT6 atau Td) akan memperpanjang imunitas 20 tahun lagi,
pada umur dewasa dihitung setara 5 dosis toksoid.
-Upaya ETN dengan target sasaran TT 5x juga dilakukan pada
anak usia sekolah dengan melalui kegiatan BIAS.
-Dosis vaksin DTP atau TT diberikan dengan dosis 0,5ml
secara intramuskular.
POLIO
Terdapat 2 kemasan vaksin polio yg berisi virus polio1, 2
dan 3:
-OPV (Oral Polio Vaccine), hidup dilemahkan , tetes, oral.
-IPV (Inactivated Polio Vaccine), in-aktif, suntikan.
Kedua vaksin polio tersebut dapat dipakai secara bergantian.
Vaksin IPV dapat diberikan pada anak sehat maupun anak yg
menderita imunokompomais, dan dapat diberikan bersamaan dengan vaksin DTP,
secara terpisah atau kombinasi.
JADWAL
Polio0 diberikan saat bayi lahir sesuai pedoman PPI atau
pada kunjungan pertama sebagai tambahan
untuk mendapatkan cakupan imunisasi yg tinggi.
Hal ini diperlukan karena Indonesia cukup rentan terhadap
transmisi virus polio liar dari daerah endemik polio (India, Pakistan,
Afganistan, Nigeria).
Mengingat OPV berisi virus polio hidup maka diberikan saat bayi dipulang dari rumah sakit/ rumah
bersalin untuk menghindari transmis
virus vaksin kepada bayi lain karena virus polio vaksin dapat diekskresi
melalui tinja.
Selanjutnya dapat diberikan vaksin OPV atau IPV.
-Untuk imunisasi dasar (Polio 2, 3, 4) diberikan pada umur
2, 4 dan 6 bulan, interval antara 2 imunisasi tidak kurang dari 4 minggu.
-Dalam rangka eradikasi polio (Erapo), masih diperlukan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yg dianjurkan
oleh Kementerian Kesehatan.
Pada PIN semua balita harus mendapat imunisasi OPV tanpa
memandang status imunisasinya (kecuali pasien imunokompromais diberikan IPV)
untuk memperkuat kekebalan di mukosa saluran cerna dan memutuskan transmisi
virus polio liar.
DOSIS
-OPV diberikan 2 tetes per-oral
-IPV dalam kemasan 0,5ml, intramuskular.
Vaksin IPV dapat diberikan tersendiri atau dalam kemasan
kombinasi (DTaP/ IPV), DTaP/ Hib/ IPV)
-Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun sejak imunisasi
polio4, selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun).
CAMPAK
Vaksin campak rutin dianjurkan diberikan dalam satu dosis
0,5ml secara sub-kutan dalam, pada umur 9 bulan.
Dari hasil studi Badan Penelitian & Pengembangan dan
Dirjen PPM&PL Kementerian Kesehatan mengenai campak didapatkan,
-Survei di 4 propinsi, 18,6% - 32,6% anak sekolah mempunyai
kadar campak di bawah batas perlindungan.
-Dijumpai kasus campak pada anak usia sekolah (data 2009).
-Beberapa propinsi masih melaporkan kejadian luar biasa
(KLB) campak.
Departemen Kesehatan mengubah strategi reduksi dan eliminasi
campak, sebagai berikut:
Di samping imunisasi umur 9 bulan, diberikan juga imunisasi
campak, sebagai berikut kesempatan kedua (second opportunity pada crash program
campak) pada umur 6-59 bulan dan SD kelas 1-6.
Crash program campak ini telah dilakukan secara bertahap (5
tahap) di semua provinsi pada tahun 2006 dan 2007.
Selanjutnya imunisasi campak dosis kedua diberikan pada
program school based catch-up campaign yaitu secara rutin pada anak sekolah SD
kelas 1 dalam program BIAS.
Apabila telah mendapat imunisasi MMR pada usia 15-18 bulan
dan ulangan umur 6 tahun; ulangan campak SD kelas 1 tidak diperlukan.
HAEMOPHILLUS INFLUENZAE TIPE B (HIB)
Terdapat 2 jenis vaksin HIB konjugat yg beredar di Indonesia
yaitu vaksin Hib yg berisi PRP-T (capsular polysaccharide Polyribosyl Ribitol
Phosphate – konjugasi dengan protein Tetanus) dan PRP-OMP (PRP berkonjugasi
dengan Outer Membrane Protein complex)
Jadwal imunisasi
-Vaksin Hib yg berisi PRP-T diberikan pada umur 2, 4 dan 6
bulan.
-Vaksin Hib yg berisi PRP-OMP diberikan pada umur 2 dan 4
bulan, dosis ketiga tidak diperlukan.
-Vaksin Hib dapat diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi
(DTwP/ Hib, DTaP/ Hib, DTaP/ Hib/ IPV)
Dosis
-1 dosis vaksin Hib berisi 0,5ml, diberikan secara
intramuskular.
-Tersedia vaksin kombinasi DTwP/ Hib, DTaP/ Hib, DTaP/ Hib/
IPV (vaksin kombinasi yg beredar berisi vaksin Hib PRP-T) dalam kemasan
prefilled syringe 0,5ml.
-Ulangan
Vaksin Hib baik PRP-T ataupun PRP-OMP perlu diulang pada
umur 18 bulan.
Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hib hanya diberikan
1x.
PNEUMOKOKUS
Pada jadwal imunisasi edisi tahun 2007, vaksin pneumokokus
dimasukkan dalam kelompok imunisasi yg dianjurkan sesuai dengan Rekomendasi
Satgas Imunisasi IDAI tanggal 30 April 2006.
Terdapat 2 jenis vaksin pneumokokus yg beredar di Indonesia,
yaitu pneumokokus polisakarida berisi polisakarida murni, 23 serotipe disebut
pneumococcus polysaccharide vaccine (PPV23).
Vaksin pneumokokus generasi kedua
berisi vaksin polisakarida konjugasi, 7 serotipe disebut pneumococcal conjugate
vaccine (PCV7) dan PCV10 untuk 10 serotipe.
Tabel 2.5 Perbedaan PPV dan PCV
Vaksin Polisakarida (PPV)
1.T cell independent.
2.Tidak imunogenik pada umur <2
tahun.
3.Indikasi: umur >2 tahun,
risiko tinggi.
4.Mempunyai imunitas jangka
pendek.
5.Nama: Pneumo-23 (Sanofi Pasteur)
Vaksin polisakarida konjugasi
(PCV)
1.T cell dependent (memory cell).
2.Imunogenik pada umur <2
tahun.
3.Indikasi: anak sehat & anak
risiko tinggi, umur 2 bulan – 5 tahun.
4.Mempunyai imunitas jangka
panjang.
5.Nama: Prevenar (Pfizer), Synflorix
(GSK).
JADWAL DAN DOSIS PCV
Vaksin PCV diberikan sejak usia 2
bulan sampai 9 tahun.
Dosis dan interval pemberian
sesuai umur.
CARA PEMBERIAN
Vaksin PCV dikemas dalam prefilled syringe 5ml
diberikan secara intramuskular.
-Dosis pertama tidak diberikan
sebelum umur 6 minggu.
-Untuk bayi BBLR (<1500
g) vaksin diberikan setelah umur kronologik 6-8 minggu, tanpa memperhatikan
umur kehamilan.
-Dapat diberikan bersama vaksin
lain misalnya DTwP, DTaP, TT, Hib, HepB, IPV, MMR, atau varisela dengan mempergunakan
syringe terpisah.
Untuk setiap vaksin diberikan pada
sisi badan yg berbeda.
KELOMPOK RISIKO TINGGI
Untuk anak risiko tinggi berumur
24 – 59 bulan, vaksin PCV diberikan bersama vaksin PPV23 karena kelompok ini
rentan terhadap semua serotipe pneumokokus.
Kelompok risiko tinggi adalah anak
yg menderita penyakit kronik seperti Penyakit sickle cell, Asplenia kongenital/
didapat, Disfungsi limpa, Infeksi HIV, Defisiensi imun kongenital, Penyakit
jantung bawaan, dan Gagal jantung, Penyakit paru kronik termasuk asma yg
diobati dengan kortikosteroid oral dosis tinggi, Cerebrospinal fluid leaks,
Insufisiensi ginjal kronik termasuk sindrom nefrotik, Penyakit yg berhubungan
dengan pengobatan imunosupresif atau radiasi termasuk penyakit keganasan dan transplantasi
organ solid, dan Diabetes melitus.
INFLUENZA
Imunisasi influenza telah
direkomendasikan oleh Satgas Imunisasi IDAI sejak April 2006 dan telah
dimasukkan dalam kelompok vaksin yg dianjurkan sesuai jadwal Satgas Imunisasi
IDAI periode 2006.
VAKSIN INFLUENZA
-Vaksin trivalen influenza yg
terdiri dari 2 virus influenza subtipe A yaitu H3N2 dan H1N1 (strain
California), serta virus influenza tipe B.
Vaksin influenza diproduksi 2x
setahun berdasarkan perubahan galur virus influenza yg bersirkulasi di masyarakat.
-WHO Global Influenza Program
merekomendasikan komposisi vaksin influenza yg berlaku untuk tahun berikutnya
pada bulan September dan Februari.
Musim influenza terjadi pada bulan
Mei-Juni di belahan bumi Selatan (Southern hemisphere) dan November-Desember
untuk belahan bumi Utara (Northern hemisphere).
-Untuk Indonesia dipilih vaksin
formulasi dari belahan utara atau selatan yg diproduksi oleh produsen vaksin
sesuai dengan waktu yg tepat (perhatiakan tanggal kadaluarsa vaksin tersebut).
JADWAL
-Rekomendasi WHO untuk tahun
2010/2011 komposisi vaksin belahan utara adalah A/ New Caledonia/ 20/ 99
(H1N1)-like virus; A/ Wisconsin/ 67/ 2005 (H3N2)-like virus; dan B/ Malaysia/
2506/ 2004 like virus
-Vaksin influenza diberikan pada
anak umur 6-23 bulan, baik anak sehat maupun dengan risiko (asma, penyakit
jantung, penyakit sel sickle, HIV, dan diabetes)
-Imunisasi influenza diberikan
setiap tahun, mengingat tiap tahun terjadi pergantian jenis galur virus yg
beredar di masyarakat.
Vaksin tahun sebelumnya tidak
boleh diberikan untuk tahun sekarang.
-Indikasi lain: anak yg tinggal
dengan kelompok risiko tinggi atau pekerja sosial yg berhubungan dengan
kelompok risiko tinggi.
DOSIS DAN CARA PEMBERIAN
-Dosis tergantung umur anak,
6-35 bulan: 0,25ml
>3 tahun: 0,5ml
<8 tahun: untuk
pemberian pertama kali diperlukan 2 dosis dengan interval minimal 4-6minggu,
pada tahun berikutnya hanya diberikan 1 dosis.
-Vaksin influenza diberikan secara
intramuskular pada paha anterolateral atau deltoid.
MMR
Vaksin MMR diberikan pada umur
15-18 bulan, minimal interval 6 bulan antara imunisasi campak (umur 9 bulan)
dan MMR.
Dosis 1x 0,5ml secara subkutan.
MMR diberikan minimal 1 bulan
sebelum atau setelah penyuntikan imunisasi lain.
Apabila seorang anak telah
mendapat imunisasi MMR pada umur 12-18 bulan dan 6 tahun, imunisasi campak
(monovalen) pada umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan.
Ulangan imunisasi MMR diberikan
pada umur 6 tahun.
TIFOID
Di Indonesia tersedia 2 jenis
vaksin yaitu vaksin suntikan (polisakarida) dan oral (bakteri hidup yg
dilemahkan).
-Vaksin capsular Vi polysaccharide
Diberikan pada umur lebih dari 2
tahun, ulangan dilakukan setiap 3 tahun
Kemasan dalam prefilled syringe
0,5ml, pemberian secara intramuskular.
-Tifoid oral Ty21a
Diberikan pada umur lebih dari 6 tahun
Dikemas dalam kapsul, diberikan 3
dosis dengan interval selang sehari (hari 1, 3, dan 5)
Imunisasi ulangan dilakukan setiap
3-5 tahun.
Vaksin oral pada umumnya
diperlukan untuk turis yg akan berkunjung ke daerah endemis tifoid.
HEPATITIS A
Vaksin hepatitis A diberikan pada
daerah yg kurang terpajan (under exposure).
Di samping vaksin Hep A monovalen
yg telah kita kenal, saat ini telah beredar vaksin kombinasi HepB/ HepA.
Jadwal imunisasi
Vaksin Hep A diberikan pada umur
>2 tahun.
Vaksin kombinasi HepB/ HepA tidak
diberikan pada bayi <12 bulan.
Maka vaksin kombinasi diindikasikan
pada anak umur lebih dari 12 bulan, terutama untuk catch-up immunization yaitu
mengejar imunisasi pada anak yg belum pernah mendapat imunisasi HepB sebelumnya
atau imunisasi HepB yg tidak lengkap.
-Dosis pemberian
Kemasan liquid 1 dosis/ vial
prefilled syringe 0,5ml.
Dosis pediatrik 720 ELISA units
diberikan 2x dengan interval 6-12 bulan , intramuskular di daerah deltoid.
Kombinasi HepB/ HepA (berisi HepB
10ug dan HepA 720 ELISA units) dalam kemasan prefilled syringe 0,5ml
intramuskular.
Dosis HepA untuk dewasa (>
19 tahun) 1440 ELISA units dosis 1ml, 2 dosis, interval 6-12 bulan.
VARISELA
Kesepakatan pd rapat Satgas
Imunisasi IDAI Juni 2010, telah ditentukan perubahan umur pemberian vaksin
varisela dari umur 5 tahun menjadi 1 tahun.
Hal ini berdasarkan pada:
1.Efektifitas vaksin varisela
tidak diragukan lagi, namun apabila cakupan imunisasi belum tinggi dapat
mengubah epidemiologi penyakit dari masa anak ke dewasa (pubertas).
Akibatnya angka kejadian varisela
orang dewasa akan meningkat dibandingkan anak.
2.Dampak varisela pada dewasa
lebih berat daripada anak, apalagi bila terjadi pada masa kehamilan dapat
mengakibatkan sindrom varisela kongenital dengan angka kematian yg tinggi.
3.Penularan terbanyak terjadi di
sekolah Taman Kanak-kanak dan Sekolah Bermain (Play group)
Berdasarkan pertimbangan tersebut
maka imunisasi varisela diberikan sebelum masuk sekolah bermain.
JADWAL
-Imunisasi varisela diberikan pada
anak umur >1 tahun.
-Untuk anak yg mengalami kontak
dengan pasien varisela, imunisasi dapat mencegah apabila diberikan dalam kurun
waktu 72 jam setelah kontak (catatan: kontak harus dipisahkan).
DOSIS
-Dosis 0,5ml, subkutan, satu kali.
-Untuk umur lebih dari 13 tahun
atau dewasa, diberikan 2 kali dengan jarak 4-8 minggu
ROTAVIRUS
Vaksin rotavirus terdiri dari 2
jenis yaitu: monovalen dan pentavalen.
Vaksin rotavirus monovalen
mengandung rotavirus tipe G1P(8) mempunyai neutralizing epitop yg sama dengan rotavirus
tipe G1, G3, G4, dan G5.
Sedangkan vaksin rotavirus
pentavalen terdiri dari 5 strain yaitu G1, G2, G3, G4, G5, P1A(8)
DOSIS
Vaksin rotavirus monovalen
diberikan secara oral 2x, sedangkan vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3x.
-Monovalen
Dari pertama diberikan pada umur
6-14 minggu, dosis ke-2 dengan interval minimal 4 minggu.
Sehingga imunisasi selesai sebelum
umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu.
-Pentavalen
Dosis pertama diberikan umur 6-12
minggu, interval dari ke-2 dan ke-3 adalah 4-10 minggu, dari ke-3 diberikan
pada umur <32 minggu (interval minimal 4 minggu).
HUMAN PAPILLOMA VIRUS
Vaksin HPV terdiri dari 2 jenis
yaitu bivalen dan quadrivalen.
Vaksin bivalen terdiri dari HPV
serotipe 16 dan 18, sedangkan vaksin HPV quadrivalen terdiri dari HPV serotipe
6, 11, 16, dan 18.
DOSIS
Vaksin HPV diberikan pada umur
9-25 tahun dan 26-45 tahun.
-Vaksin bivalen: dosis diberikan
pada 0-1-6 bulan.
-Vaksin quadrivalen: dosis
diberikan pada 0-2-6 bulan.
Cara pemberian intramuskular.
RINGKASAN JADWAL IMUNISASI BERDASARKAN UMUR PEMBERIAN
SAAT LAHIR: HepB1 & Polio0
HepB1, harus diberikan dalam 12
jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan.
Apabila status HBsAg ibu positif,
dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBIg 0,5ml bersamaan dengan vaksin
HepB1.
Apabila semula status HBsAg itu
tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu
HBsAg positif maka masih dapat diberikan HBIg 0,5ml sebelum bayi berumur 7
hari.
Polio0, diberikan saat kunjungan pertama.
Untuk bayi yg lahir di RB/ RS
polio oral diberikan saat bayi dipulangkan untuk menghindari transmisi virus
vaksin kepada bayi lain).
1 BULAN: HepB2
HepB2 diberikan pada umur 1 bulan,
interval HepB1 dan HepB2 adalah 1 bulan.
0-2 BULAN: BCG
BCG dapat diberikan sejak lahir.
Apabila BCG akan diberikan pada
umur >3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu dan BCG
diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
2 BULAN: DTP1, Hib1, Polio1, PCV1, Rota Virus
DTP diberikan pada umur >6
minggu, dapat dipergunakan DTwP atau DTaP atau diberikan secara kombinasi
dengan Hib (PRP-T).
Hib diberikan mulai umur 2 bulan
dengan interval 2 bulan.
Hib dapat diberikan secara
terpisah atau dikombinasikan dengan DTP.
Polio1 dapat diberikan bersamaan
dengan DTP1.
PCV1 diberikan pada umur 2 bulan.
Vaksin rotavirus 1 diberikan umur
6-14 minggu, oral.
4 BULAN: DTP2, Hib2, Polio2, PCV2, Rotavirus
DTP2 (DTwP atau DTaP) dapat
diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib2 (PRP-T)
Polio2 diberikan bersamaan dengan
DTP2.
PCV2 diberikan pada umur 4 bulan.
Vaksin rotavirus ke2 diberikan
umur 4 bulan
6 BULAN: DTP3, Hib3, Polio3, PCV3, Rotavirus
DTP3 dapat diberikan terpisah atau
dikombinasikan dengan Hib3 (PRP-T)
Apabila mempergunakan Hib-OMP,
Hib3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan.
Polio3 diberikan bersamaan dengan
DTP3.
PCV3 diberikan pada umur 6 bulan.
Vaksin rotavirus pentavalen
diberikan umur 6 bulan.
6 BULAN: HepB3
HepB3 diberikan umur 3-6 bulan.
Untuk mendapat imun optimal
interval HB2 dan HB3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
6-23 BULAN: Influenza
Influenza dapat diberikan sejak
umur 6 bulan.
9 BULAN: Campak
Campak1 diberikan pd umur 9 bulan.
Campak2 merupakan program BIAS
pada SD kelas 1, umur 6 tahun.
Apabila telah mendapat MMR pada
umur 15 bulan, Campak2 tidak perlu diberikan.
12-15 BULAN: PCV4, Varisela
Ulangan PCV4 diberikan 1 dosis,
12-15 bulan
Varisela diberikan umur 1 tahun
atau lebih, untuk umur >13 tahun diberikan 2x
15-18 BULAN: MMR, Hib4
Apabila sampai umur 12 bulan belum
mendapat imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.
Hib4 diberikan pada 15 bulan
(PRP-T atau PRP-OMP)
18 BULAN: DTP4, POLIO4
DTP4 (DTwP atau DTaP) diberikan 1
tahun setelah DTP3.
Polio4 diberikan bersamaan dengan DTP4.
2 TAHUN: HepA
Vaksin HepA direkomendasikan pada
umur >2 tahun, diberikan 2x dengan interval 6-12bulan.
2-3 TAHUN: TIFOID
Vaksin tifoid polisakarida injeksi
direkomendasikan untuk umur >2 tahun
Imunisasi tifoid polisakarida
injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.
5 TAHUN: DTP5, Polio5
DTP5 diberikan pada umur 5 tahun
(DTwP/ DTaP).
Polio5 diberikan bersamaan dengan
DTP5.
6 TAHUN: MMR
Diberikan untuk catch-up
immunisasi pada anak yg belum mendapat MMR.
10 TAHUN: Td/ TT
Menjelang pubertas vaksin tetanus
ke5 (Td/ TT) diberikan untuk mendapat imunitas selama 25 tahun.
====================================================
www.sahabat-wangi.com/index.php?id=drfreddy
WA
081808395318
BBM
5376DABF
Email:
federicomahora@outlook.com
http://freddyfragrance.blogspot.co.id/
Jangan
lupa "Like" www.facebook.com/federicomahoraindonesia#
 |
Mau Beli Parfum atau Jualan Juga?
|