Minggu, 18 Maret 2018

Gigitan Ular

Gigitan ular
oleh dr. Freddy Adiwinata
 
 
Latar belakang
Gigitan-ular adalah penyakit pekerjaan Petani, Pekerja perkebunan, Gembala, Nelayan, Pekerja restoran ular, dll
Mengetahui spesies ular yg menggigit dg mengidentifikasi ular yg mati atau gambaran sindrom klinis racun (pendekatan sindromik)
 
Anti-racun adalah SATU2nya antidot efektif u/ racun ular
Digunakan HANYA u/ px dg pertimbangan keuntungan > risiko rx anti-racun
Indikasi: Td keracunan sistemik &/ lokal berat
Tes hipersensitivitas kulit/ konjungtiva TIDAK DIREKOMENDASIKAN karena tidak dapat diandalkan untuk memprediksi rx anti-racun dini/ lambat
Berikan anti-racun secara iv lambat OR infus
Selalu siapkan epinefrin bila terjadi rx anafilaktik dini anti-racun
 
Saat tidak ada anti-racun, tatalaksana konservatif tetap dapat dilakukan
 
Pada kasus keracunan dg kelumpuhan bulbar & pernapasan, harus dibantu ventilasi buatan
 
Tatalaksana konservatif dan pd bbrp kasus dialisis adalah terapi suportif yg efektif untuk cedera ginjal akut pd px Russell's viper, Hump-nosed viper, dan Sea snake-bites
 
Fasciotomi jangan dilakukan kecuali/ sampai:
~Abnormalitas hemostatik sudah dikoreksi
~Gambaran klinis sind intrakompartemen
~Pemeriksaan langsung konfirmasi tingginya tekanan intrakompartemen
 
Mayoritas ular tidak beracun
Dari 3000 spesies ular, hanya 15% yg beracun
 
 
 
Hindari gigitan ular
Cari tahu ular lokal, tempat2 di mana mereka biasa bersembunyi, kapan dan dalam cuaca bagaimana mereka keluar aktif.
Ada yg nokturnal (pemburu malam) seperti kraits
Ada juga yg diurnal (pemburu siang)
Waspadalah terhadap gigitan ular stlh hujan, saat banjir, saat panen, dan malam hari
Ular biasanya menghindari kumpulan binatang/ manusia, jadi berikan mereka kesempatan menyingkir
 
Dlm rumah, ular kadang masuk u/ cari makan atau bersembunyi sementara
Dlm rumah, jangan menyimpan ternak khususnya ayam, karena mengundang ular
Simpan makanan dalam wadah tahan tikus
Secara teratur cek apakah ada ular di rumah dan bila mungkin hindari tipe konstruksi rumah yg banyak celah
Hindari tidur di lantai
Bila harus tidur di lantai, pakailah kelambu yg ujungnya diselipkan di bawah matras/ tikar tidur (cegah nyamuk, serangga lain yg menggigit, kelabang, kalajengkin, dan ular
 
Di halaman atau kebun jangan biarkan ada tempat yg dpt dijadikan tempat sembunyi ular.
Jauhkan rumah dari dan bersihkan gundukan rumah rayap, gundukan sampah, tumpukan bahan bangunan
Jangan biarkan cabang pohon menyentuh rumah
Jaga rumput pendek atau kosongkan tanah sekitar rumah dan bersihkan perdu shg ular tidak dapat bersembunyi dekat rumah.
Buat lumbung jauh dari rumah, yg dapat menarik tikus, lalu ular
Sumber air, penampungan air, dan kolam dapat menarik katak dan kodok, lalu ular
Dengarkan binatang liar/ peliharaan, terutama burung, biasanya mereka memperingatkan bila ada ular di sekitar
Gunakan senter bila keluar rumah atau ke wc umum di malam hari
 
Di pinggir kota
Mengumpulkan kayu bakar di malam hari, sangat bahaya
Gunakan sepatu/ boots dg celana panjang terutama bila berjalan dalam gelap atau di bawah pepohonan
Injak bebatuan/ kayu daripada langsung melangkahinya (ular biasanya ada disisinya)
Jangan masukkan tangan ke dlm lubang/ sarang/ tempat tersembunyi di mana ada potensi ular bersembunyi
Gunakan cahaya (obor/ senter/ lampu) ketika berjalan dalam gelap, terutama sehabis hujan
Hati2 bila memegang ular mati/ tampaknya mati karena sekalipun tidak sengaja tergores taringnya, dpt terkena racunnya
Restoran ular memiliki potensi gigitan thd karyawan dan pelanggannya
Banyak kejadian gigitan saat membajak, menanam, dan memanen di musim hujan
Hujan dapat membawa ular dan sampah menjadi gundukan di tepi jalan
Waspadalah bila berjalan di jalan setelah hujan lebat, terutama malam
 
Di jalan:
Pengemudi/ pengendara sepeda jangan secara sengaja melindas ular di jalan
Ular mungkin tidak langsung mati dan berpotensi mengigit pejalan kaki
Ular juga dapat terluka & terjebak di bawah kendaraan, dpt merayap keluar saat kendaraan stop atau parkir di rumah/ garasi
 
Di sungai, muara, laut:
Jangan sentuh ular laut yg tertangkap di jaring, kepala dan ekor sering sukar dibedakan
Ada potensi tergigit bagi yg mandi/ mencuci pakaian di muara, sungai, pantai
 
Umum:
Jauhi ular sejauh mungkin
Jangan pegang, mengancam OR menyerang ular
Jangan sengaja menangkap atau menyudutkan ular di ruang tertutup
Jauhkan anak kecil dari area yg diketahui ada ularnya
Untuk pekerjaan yg berisiko digigit ular, seperti menanam padi, memelihara ikan, pakailah sepatu boots
 
 
 
3 famili ular berbisa di Asia Tenggara: Elapidae, Viperidae, Colubridae
Bila digigit biasanya racun diinjeksikan sk/ im
Bila disemprot o/ kobra, biasanya ke arah mata
 
Elapidae: Cobra, King Cobra, Kraits, Ular koral
 
 
 
Komposisi racun
Enzim:
Zinc metalloproteinase haemorrhagins --> rusak endotel vaskular --> perdarahan
Enzim prokoagulan: --> "Consumption Coagulogpathy" stimulasi penggumpalan darah dg pembentukan fibrin --> menghabiskan sistem plasmin fibrinolytic --> 30': darah tidak dpt beku lagi
Bbrp racun berisi faktor anti hemostasis
Phospholipase A2 (lecithinase) --> rusak mitokondria, eri, leu, tb, ujung saraf perfier, otot rangka, endotel vaskular, membran lain ==>:
*Aktivitas neurotoksik presinap
*Efek sedasi mirip opiat
*Pelepasan histamin
*Pelepasan anti koagulan
Acetylcholinesterase
Hyaluronidase --> menyebarkan racun di jaringan
Enzim proteolitik --> tingkatkan permeabilitas vaskular ==> Edema, Lepuh, Memar, Nekrosis di tempat gigitan
 
Neurotoxin (venom polypeptide toxins): bungarotoxin & cobrotoxin --> ikat reseptor asetilkolin pd motor endplate
 
 
 
Karena inefisiensi mekanis, ular tidak dpt mengontrol pelepasan racun, shg kadang tidak cukup menimbulkan efek klinis
 
Gigitan ular kecil HARUS ditangani sama seriusnya dg ular besar
 
 
Kecuali saat banjir, kemungkinan kontak HANYA bila manusia menghampiri habitat ular (sawah: Russel's viper & kobra; perkebunan karet dan kopi: Malayan pit vipers) atau bertemunya ular yg aktif malam hari dg manusia yg sedang berjalan dalam gelap
Kejadian gigitan ular meningkat seiring peningkatan aktivitas pertanian dan hujan
 
Gigitan di rumah oleh spesies peri-domestik seperti kobra (Naja) yg tinggal di langit2 atau di bawah lantai dan Kraits (Bungarus) yg masuk rumah malam untuk berburu mangsa dan mungkin menggigit manusia yg bergerak saat tidur
 
Gigitan kering adalah taring menusuk kulit namun tanpa gejala keracunan
Karena: Inefisiensi mekanis dari serangan organ racun pada sudut tidak alami (atau melalui baju) ATAU mungkin memang si ular menahan racunnya
 
 
Epidemi gigitan ular terjadi saat banjir besar dan ketika habitat ular didatangi banyak orang untuk pengerjaan jalan atau penebangan hutan.
Irigasi mengubah ekologi area yg besar akan menarik petani dan ular
 
 
Laki lebih sering digigit daripada perempuan, kecuali bila tenaga kerjanya didominasi perempuan (pemetik teh dan kopi)
Yg paling banyak digigit adalah anak dan dewasa muda
Yg paling banyak mati adalah anak kecil dan manula
Px hamil --> perdarahan & abortus
Kebanyakan gigitan di daerah kaki dan tumit
 
 
KEBANYAKAN gigitan ular terjadi ketika ular terinjak, baik dalam gelap atau di bawah ranting/ daun, o/ seseorang yg tak beralas kaki atau hanya sandal
Ular terambil tidak sengaja saat mengambil gundukan daun atau sengaja saat seorang ingin pamer
Krait masuk rumah malam u/ berburu dan seseorang tidur di lantai, berguling ke arah ular --> terbangun lumpuh
 
 
Sebab kematian:
~Dosis inadekuat atau tidak cocok spesiesnya u/ anti racun monospesifik
~Terlambat dibawa ke RS
~Mati saat di jalan ke RS
~Ventilasi buatan inadekuat
~Kegagalan melakukan terapi
~Gagal mengobati hipovolemi pd syok
~Obstruksi sal nafas
~Komplikasi infeksi
 
 
Waktu antara gigitan sd mati: beberapa menit (Jarang)/ jam sd hari
 
 
 
Indonesia
1. Kepentingan medis tertinggi: Sangat berbisa, Umum tersebar luas dan menyebabkan banyak kasus gigitan ular --> morbiditas, disabilitas, mortalitas yg tinggi
2. Kepentigan medis kedua: Sangat berbisa menyebabkan morbiditas, disabilitas, dan mortalitas tapi kurang data epidemiologi/ klinis; kurang kasusnya karena sifatnya, Preferensi habitatnya jauh dari populasi banyak manusia
 
Di Indonesia: <20 kasus dilaporkan namun beberapa ribu kematian tidak dilaporkan
Spesies TERSERING:
#Cryptelytrops (Trimeresurus) albolabris
#Bungarus candidus
#Spitting cobras (Naja sumatrana dan N. sputatrix)
#Calloselasma rhodostoma (Jawa)
#Daboia siamnesis (Jawa, Komodo, Flores, Lomblen)
#Death adders (Acanthophis spp) (Papua barat)
 
Anti racun Biofarma: trivalent thd Naja sputatrix, Bungarus fasciatus, Calloselasma rhodostoma
 
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Sunda kecil:
Kategori 1:
Elapidae: Bungarus candidus (Sumatra, Jawa), Naja sputatrix (Jawa dan Kepulauan Sunda kecil), Naja sumatrana (Sumatra & Kalimantan)
Viperidae: Calloselasma rhodostoma (Jawa), Cryptelytrops albolabris, Daboia siamensis
Kategori 2:
Elapidae: Bungarus fasciatus, Bungarus flaviceps (Sumatra dan Kalimantan), Calliophis bivirgatus, Ophiophagus hannah (Sumatra, Kalimantan, dan Jawa)
Viperidae: Cryptelytrops insularis, Cryptelytrops purpureomaculatus (Sumatra)
 
Papua barat dan Maluku
Kategori 1: Elapidae: Acanthopis laevis
Kategori 2: Elapidae: Acanthopis rugosus, Micropechis ikaheka, Oxyuranus scutellatus, Pseudechis papuanus, Pseudechis rossignolii, Pseudonaja textilis
 
 
 
Konsekuensi gigitan ular
1.Keracunan lokal pd bag tubuh yg digigit --> rusak, kadang permanen
2.Keracunan sistemik termasuk organ dan jaringan yg jauh dari bag tubuh yg digigit --> dapat rusak permanen & mengancam jiwa
3.Efek cemas dipicu pengalaman digigit yg menakutkan & diperburuk dengan keyakinan thd potensi dan kecepatan kerja racun, sering mengaburkan gambaran klinis
4.Efek pertolongan pertama dan terapi sblm ke RS kadang mengaburkan gambaran klinis, hal ini dapat merusak, meski jarang sampai mengancam nyawa
 
No 3 & 4 dapat terjadi pd mereka yg keracunan atau yg tidak keracunan (gigitan kering atau tidak digigit ular namun hewan pengerat/ kadal/ bahkan tertusuk duri
 
Td & gx gigitan ular berbisa
Racun belum masuk:
Cemas --> Takipne, Kesemutan, Kaku/ tetani dari tangan dan kaki, Pusing
Dapat juga syok vasovagal stlh gigitan ATAU susp Bite-faintness dan kolaps dengan perlambatan jantung
Dapat juga menjadi agitasi dan irasional
Hipertensi, takikardi, berkeringat, gemetar
Pita yg menjerat/ turniket --> nyeri, bengkak dan kongesti yg menyerupai keracunan lokal
Obat herbal yg diminum dpt menyebabkan muntah
Penetesan sari buah yg iritatif ke mata --> konjungtivitis
Memasukkan secara paksa minyak ke sal nafas --> pneumonia aspirasi, bronkospasm, pecahnya gendang telinga, pneumotoraks
Insisi, kauter, cairan panas, dipanaskan di atas api --> luka parah
 
Racun telah masuk:
Nyeri langsung karena penetrasi mekanik taring
Peningkatan nyeri lokal (rasa panas, meledak, menusuk) pada area gigitan
Bengkak lokal yg bertahap naik ke proksimal dan nyeri tekan
Nyeri pembesaran KGB organ yg digigit (tungkai bawah --> groin-femoral/ inguinal; lengan atas --> siku, epitroklear, ketiak)
Meskipun begitu gigitan kraits, ular laut, kobra Filipina biasanya tidak sakit dan tidak terlalu bengkak
Seseorang yg tidur tidak akan terbangun digigit krait dan mungkin tidak ada bekas taring atau tanda keracunan lokal
 
 
 
Pola keracunan
Gx & td bervariasi tgt spesies ular yg menggigit & jumlah racun yg masuk
Kadang identitas ular dpt dikonfirmasi dengan memeriksa ular yg mati
Berdasarkan deskripsi pasien dan keadaan saat gigitan ATAU pengetahuan efek klinis ttg racun.
Dg data ini dokter dpt memilih antiracun yg sesuai dan antisipasi komplikasi yg mungkin
 
Bila spesiesnya tidak diketahui --> observasi ketat
 
Gx & td lokal organ yg digigit:
^Tanda taring
^Nyeri lokal
^Perdarahan lokal
^Memar
^Limfangitis
^Pembesaran KGB
^Inflamasi
^Lepuh
^Infeksi lokal, abses
^Nekrosis
 
Td & gx sistemik:
Umum: Mual, Muntah, Malaise, Nyeri perut, Kelemahan, Mengantuk, Sangat lemah
Kardiovaskular (Viperidae): Ggn pandangan, Pusing, Lemah, Kolaps, Syok, Hipotensi, Aritmia, Edema pulmonal, Chemosis (edema konjungtiva)
Kelainan perdarahan & pembekuan (Viperidae):
*Perdarahan traumatik dari luka baru (termasuk perdarahan terus dari bekas taring atau dari luka lama yg sembuh sebagian)
*Perdarahan sistemik spontan - dari Gusi, epistaksis, Perdarahan air mata, Perdarahan intrakranial (meningismus dari SAH, lateralisasi &/koma dari perdarahan otak), Hemoptisis, Perdarahan rektal/ melena, Hematuri, Perdarahan vagina, Perdarahan ante-partum pd wanita hamil, Perdarahan mukosa (konjungtiva), kulit (petekie, purpura, discoid haemorrhages, eccymoses), retina
Trombosis arteri serebral (western Russell's viper Daboia russelii) --> stroke thrombotik
Neurological (Elapidae, Russell's viper): Mengantuk, Kesemutan, Abnormalitas rasa dan bau, Kelopak mata terasa berat, Ptosis, Oftalmoplegi eksternal, Kelumpuhan otot muka dan otot lain yg di-inervasi saraf kranial, Sengau atau aphonia, Regurgitasi via hidung, Kesulitan menelan sekret, Kelumpuhan pernapasan dan umum flaccid
Rusaknya otot rangka (Ular laut, Bbrp krait: Bungarus niger & B. candidus, Western Russell's viper Daboia russelii): Nyeri menyeluruh, Kaku dan nyeri otot, Trismus, Myoglobinuria, Hiperkalemi, Henti jantung, Ggl gjl akut
Ginjal (Viperidae, Ular laut): Nyeri pinggang (punggung sblh bawah), Hematuri, Hemoglobinuri, Myoglobinuri, Oliguria/ anuria, Td & gx uremia: Nafas asam, Cegukan, Nausea, Nyeri dada pleuritik
Endokrin (Insufisiensi adrenal/ pituitari akut dan infark anterior pituitari) [Russell's viper]:
Fase akut: Syok, hipoglikemi
Fase kronik (bulan sd tahun stlh gigitan): Kelemahan, Hilangnya rambut seks sekunder, Hilangnya libido, Amenorrhoea, Atrofi testis, hypothyroidism
 
 
Pendekatan sindrom
Sindrom 1: Keracunan lokal dg ggn perdarahan/ pembekuan --> Viperidae
Sindrom 2: --> Russell's viper:
*Keracunan lokal dg ggn perdarahan/ pembekuan, syok, ATAU cedera ginjal akut,
*Dg chemosis dan insufisiensi pituitari akut
*Dg ptosis, Oftalmoplegi eksternal, Kelumpuhan muka, Urine coklat gelap
Sindrom 3: Keracunan lokal dg kelumpuhan --> Kobra atau King Cobra
Sindrom 4: Kelumpuhan dg minimal/ tidak ada tanda keracunan:
-Digigit di darat ketika tidur di lantai --> Krait
-Digigit di laut, muara, danau air tawar --> Ular laut
Sindrom 5: Kelumpuhan dg urin coklat gelap dan cedera gjl akut:
^Digigit di darat (dg ggn perdarahan/ pembekuan) --> Russell's viper
^Digigit di darat saat tidur dlm rumah --> Krait
^Digigit di laut, muara, danau air tawar (tanpa ggn perdarahan/ pembekuan) --> Ular laut
 
 
 
Komplikasi jangka panjang (sequelae)
Pd tempat gigitan --> hilangnya jaringan akibat rusak atau debridement atau amputasi: Ulserasi kronik, Infeksi, Osteomielitis, Kontraktur, Artrodesis/ artritis menyebabkan disabilitas fisik berat.
Transformasi maligna pd ulkus kulit stlh bbrp th
 
Ggl gjl kronik terjadi stlh nekrosis korteks bilateral (Russell's viper & hump-nosed pit viper)
Panhipopituitarisme kronis atau diabetes insipidus (Russell's viper)
Defisit neurologi kronik pd pasien yg bertahan stlh perdarahan dan trombosis intrakranial (Viperidae)
 
 
 
Td & gx keracunan ular laut
Ular laut (Hydrophiinae) dan Krait laut (Laticaudinae)
Gigitannya tak terasa sakit shg mungkin tak diperhatikan oleh perenang/ berjalan menyusuri air
Taring dan gigi lain dpt tertinggal di luka
Minimal/ tak ada bengkak lokal
Jarang ada kaitan dg KGB
Efek dominan: Rhabdomyolysis menyeluruh
Gx awal: Sakit kepala, Lidah terasa tebal, Haus, Berkeringat, Muntah
Nyeri menyeluruh, kaku, nyeri tekan pd otot dlm 30' sd 3,5j stlh gigitan
Trismus
Stretching pasif terasa sakit
Paralisis flaccid progresif dimulai dg ptosis
Tetap sadar sd otot pernapasan terkena shg ggl napas
Myoglobinemia (serum berwarna coklat gelap) & myoglobinuria dlm 3-8j
Myoglobin dan K yg dilepaskan dari otot rangka rusak menyebabkan ggl gjl
Hiperkalemia dlm 6-12j sebabkan henti jantung
 
 
 
Td & gx dari oftalmia semprotan cobra
Bila percikan racun masuk mata, maka akan terasa Rasa panas segera & persisten, Nyeri tusuk, diikuti mata sangat berair dg discharge keputihan, Congested conjunctivae, Spasme dan bengkak dari kelopak, Fotofobia, Pandangan kabur dan kebutaan sementara.
 
 
 
 
Tatalaksana gigitan ular
Pertolongan pertama
Tujuan:
*Coba hambat absorpsi sistemik racun
*Jaga kehidupan dan cegah komplilkasi sebelum pasien mendapat pelayanan medis
*Mengontrol gx awal keracunan
*Usahakan transportasi ke klinik/ RS
Jangan coba membunuh ular
Bila ular sudah mati, bawa ke RS tapi jangan diambil dg tangan langsung
 
Tenangkan px
Imobilisasi seluruh tubuh px dg membaringkannya di posisi nyaman & aman
Imobilisasi extremitas yg tergigit dg splint atau sling
Setiap gerakan atau kontraksi otot akan meningkat absorpsi racun ke aliran darah & limfe
Bila ada, berikan imobilisasi tekanan
Hindari semua intervensi dg luka gigitan spt insisi, gosok, membersihkan dg keras, pijat, pemberian dedaunan/ bahan kimia karena:
*Potensi infeksi
*Tingkatkan absorpsi racun
*Tingkatkan perdarahan lokal
 
Jangan lepaskan pita, pembalut, ikatan sebelum di RS dg fasilitas resusitasi dan antiracun telah dimulai
 
Tourniquet tidak dianjurkan
 
 
Transportasi ke RS
ASAP
Kurangi semua gerakan px
Posisi stabil u/ cegah aspirasi
 
 
Tatalaksana di klinik/ RS
Penilaian klinis primer secara cepat dan resusitasi
Airway
Breathing (gerakan nafas)
Circulation (denyut arteri)
Disability of the nervous system (tingkat kesadaran)
Exposure and environmental control (lindungi dari dingin, risiko tenggelam, dll)
 
GCS tidak bisa dipakai menilai px paralisis o/ racun neurotoksik
 
Situasi klinis yg mungkin butuh resusitasi segera:
~Hipotensi & syok karena efek langsung racun thd kardiovaskular atau efek sekunder dari Hipovolemi, Pelepasan mediator inflamasi vasoaktif, Syok hemoragik, Anafilaksis primer diinduksi racun itu sendiri
~Ggl napas karena paralisis otot nafas o/ keracunan neurotoksik progresif
~Perburukan tiba2 atau cepat dari keracunan sistemik berat setelah ikatan tourniquet/ balut tekan dilepas
~Henti jantung dicetuskan o/ hiperkalemia karena rabdomiolisis (Ular laut, Krait, Russell's viper)
~Px datang terlambat: keracunan berat lanjut adalah ggl gjl & septisemia sbg komplikasi nekrosis lokal
 
"4 pertanyaan awal":
*Di bagian tubuhmu mana digigit?
Lihat td taring dan td lokal keracunan
 
*Kapan & dalam keadaan apa, kamu digigit?
Bila px dtg segera stlh digigit --> mungkin baru sedikit td & gx walau racun cukup banyak
Bila saat tidur malam --> Krait
Di sawah/ ladang --> Kobra atau Russell's viper
Di pohon buah --> Green pit viper
Saat berenang atau menyusuri air --> air tawar: kobra atau laut/ muara: ular laut
 
*Di mana ular yg menggigitmu?
Bila ular matinya dibawa --> identifikasi
Bila spesies tidak berbahaya atau bukan ular --> pasien dpt diedukasi & dipulangkan
 
*Bagaimana perasaanmu sekarang?
 
Umumnya gejala awal adalah muntah
Px yg defibrinogenated atau trombositopenia akan mulai berdarah dari luka lama yg baru sembuh sebagian dan tidak berhenti dari luka taring
Tanya px berapa banyak urin keluar stlh gigitan & apakah warnanya normal
Px yg mengeluhkan mengantuk, kelopak matanya jatuh atau pandangan kabur/ double mungkin keracunan neurotoksik
Gx penting ular laut dlm 30' adalah Nyeri menyeluruh, Otot kaku dan nyeri tekan, Trismus
 
 
Td awal px keracunan hebat:
#Ular diidentifikasi sangat berbahaya
#Pelebaran dini cepat dari bengkak lokal pada daerah gigitan
#Pembesaran dini & nyeri tekan KGB lokal mengindikasikan penyebaran racun dalam sistem limfatik
#Gx dini awal: Kolaps (hipotensi, syok), Nausea, Muntah, Diare, Nyeri kepala hebat, Kelopak mata "berat",  Ngantuk yg tdk seharusnya, Ptosis dini/ oftalmoplegia
#Perdarahan sistemik spontan dini
#Urin coklat gelap/ hitam
 
 
Pemeriksaan bagian tergigit:
Pelebaran bengkak, biasanya juga nyeri tekan, dicatat
KGB lokal dipalpasi, bila ada ekimosis di atasnya dan garis limfangitik
Jarang intravaskular trombosis atau sindrom kompartemen (ekstremitas yg tergigit: Udem tegang, Dingin, Tak bergerak, Denyut arteri tak teraba
Bila mungkin, ukur tekanan intrakompartemen dan nilai aliran darah dan patensi vena & arteri dg Doppler
Tanda awal nekrosis: Lepuh, Batas kehitaman (sering tertukar dg memar), Kulit pucat, Mati rasa, Bau putrefaction (daging busuk)
 
 
Pemeriksaan umum:
Tekanan darah & Frek Nadi duduk & berbaring (postural drop --> hipovolemia)
Kulit & membran mukosa: Petekie, Purpura, Perdarahan diskoid, Ekimosis
Konjungtiva: Perdarahan, Ekimosis
Sulkus gingiva: bukti paling dini bila ada perdarahan spontan sistemik
Hidung: epistaksis
Nyeri tekan abdomen: perdarahan gastrointestinal, retroperitoneal
Nyeri tekan & ketok pinggang --> iskemia renal (Russell's viper)
Perdarahan intrakranial --> Lateralisasi tanda neurologi, Pupil asimetri, Kejang, Penurunan kesadaran
 
 
Keracunan neurotoksik: Paralisis bulbar & respirasi
Eliminasi dg minta px melirik atas & perhatikan apakah kelopak mata atas tertarik penuh
Uji gerakan mata untuk cari early external oftalmoplegia
Cek ukuran & reaksi pupil
Minta pasien membuka mulut lebar dan menjulurkan lidahnya --> adanya restriksi awal pembukaan mulut dpt mengindikasikan trismus (Ular laut) atau yg lebih sering terjadi adalah paralisis otot pterygoid.
Cek otot lain yg diinervasi saraf kranial (otot muka, lidah, reflek gag, dll)
 
"Broken neck sign" --> otot yg memfleksikan leher mungkin lumpuh
Dptkah px menelan atau sekret terakumulasi di faring sbg tanda awal paralisis bulbar
Minta pasien bernapas dalam, inspirasi - ekspirasi --> "Respirasi paradoksal" (abd mengembang lebih daripada dada saat inspirasi) menunjukkan diafragma tetap berkontraksi tetapi paralisis otot interkostal dan otot asesorius
 
Jangan simpulkan px gigitan ular adalah tidak sadar atau mati otak yg ireversibel, meski mata mereka tertutup, mereka tidak respon thd nyeri atau pupilnya terfiksasi terbuka, karena mereka paralisis
 
 
Rhabdomiolisis umum
Otot terutama leher, badan, dan bagian proksimal ekstremitas
Ular laut --> pseudotrismus
Myoglobinuria terjadi dlm 3j stlh gigitan

 
Pemeriksaan wanita hamil
Fetal distres (fetal bradycardia), perdarahan vagina, abortus iminen
Wanita menyusui --> lanjut menyusui
 
 
 
 
Lab
20WBCT (20' whole blood clotting test) 
If incoagulable blood --> hypofibrinogenaemia (venom-induced consumption coagulopathy)
==> Bukan gigitan elapid tetapi viper
(Harus dari gelas biasa & tidak boleh dicuci dg detergen) --> tidak stimulasi faktor pembekuan "Surface activation of factor XI - Hageman factor)
If ragu --> ulangi dg kontrol darah normal
 
 
Tes lain
Ht:
Peningkatan ec peningkatan permeabilitas kapiler (Russell's viper)
Penurunan ec intravaskular hemolisis (Indian, Thai, Sri Lankan Russell's viper)
 
Tb: Penurunan (Viper & Australian elapid)
 
WBC: Leukositosis netrofil dini (keracunan sistemik)
 
Apus darah: Microangiopathic haemolysis --> Fraqmented red cells ("helmet cell", Schistocytes)
 
Plasma/ serum: pinkish/ brownish (gross haemoglobinaemia/ myoglobinaemia
 
 
Abnormalitas biokimia
Peningkatan Aminotransferase & enzim otot (Creatine kinase, Aldolase) --> kerusakan otot berat [Ular laut, Krait, Australian elapid, Sri Lankan & South Indian Russell's viper)
Disfungsi hati ringan
Bilirubin meningkat --> ekstravasasi masif darah
Peningkatan K, Cr, Urea/ Blood urea nitrogen karena ggl gjl (Russell's viper, Hump-nosed viper, Ular laut)
 
AGD & pH:
Ggl nafas (keracunan neurotoksik)
Acidaemia (asres & asmet)
 
Penusukan arteri kontraindikasi pd abnormalitas hemostatik (Viperidae & beberapa Australian Elapidae)
 
Urin: Red cell casts --> perdarahan glomerulus
Proteinuria masif --> tanda awal peningkatan permeabilitas kapiler menyeluruh (Russell's viper) & indikator dini cedera gjl akut
 
 
 
Anti-racun
Mrpk imunoglobulin IgG plasma kuda/ keledai/ domba yg tlh diimunisasi dg racun 1/ 2 spesies
Monovalent & Polivalent
Paraspesifik: antibodi thd 1 racun dpt netralisasi-silang racun lain dari spesies yg berhubungan dekat
 
 
Indikasi
Terbukti atau tersangka gigitan ular dg min 1 tanda:
Keracunan sistemik:
~Hemostatik abnormal : Perdarahan spontan, Koagulopati (20WBCT, PT), ATAU trombositopenia (<100 x 10.9/L)
~Td neurotoksik: Ptosis, Oftalmoplegia eksternal, Paralisis
~Abnormalitas kardiovaskular: Hipotensi, Syok, Aritmia jtg, Ekg abnormal
~Cedera gjl akut: Oliguri/ Anuri, Peningkatan Kr/ Urea
~Hemoglobinuria/ myoglobinuria
 
Keracunan lokal:
^Bengkak lokal lebih dari 1/2 ekstremitas yg digigit (tanpa tourniquet) dlm 48j.  Bengkak stlh gigitan di jari (ibu jari kaki)
^Pelebaran cepat bengkak (contoh melebihi pergelangan tangan/ kaki dlm bbrp jam stlh gigitan di tangan/ kaki
^Pembesaran & nyeri tekan KGB lokal ekstremitas yg digigit
 
Anti-racun harus segera diberikan bila ada indikasi
Akan memperbaiki keracunan sistemik meski telah beberapa hari atau hemostatik abnormal meski sudah lebih dari 2 minggu
Untuk mencegah nekrosis, anti-racun harus diberikan dlm beberapa jam pertama
 
 
Reaksi anti-racun
10% pasien akan memberikan reaksi baik dini (beberapa jam) atau lambat (>5hari)
Risiko reaksi adalah tergantung dosis, kecuali pd kasus JARANG yaitu IgE-mediated Type I hypersensitivity thd paparan serum binatang (anti-racun kuda, Tetanus Imunoglobulin, Rabies Imunoglobulin)
 
Reaksi anafilaktik dini
Dlm 10-180' Gatal di dahi, Urtikaria, Batuk kering, Demam, Mual, Muntah, Kolik abdomen, Diare, Takikardi
Minoritas menjadi anafilaksi yg mengancam hidup: Hipotensi, Bronkospasme, Angio-edema
 
Reaksi pirogenik (endotoksin)
Dlm 1-2 jam: Menggigil (Rigors), Demam, Vasodilatasi, Hipotensi
Anak dpt kejang demam
Kontaminasi pirogen saat proses pembuatan
 
Reaksi lambat (tipe serum sickness)
Dlm 1-12 hari (rata2 7 hari)
Demam, Nausea, Muntah, Diare, Gatal, Urtikaria berulang, Artralgia, Myalgia, Limfadenopati, Bengkak sekitar sendi, Mononeuritis multiplex, Proteinuria dg nefritis imun komplek, dan JARANG Ensefalopati
Pasien yg menderita reaksi dini dan diterapi dg anti histamin dan kortikosteroid JARANG menderita reaksi lambat
 
 
 
TIDAK PERLU tes hipersensitivitas kulit dan konjungtiva (IgE mediated type 1 hipersensitivity thd protein kuda/ domba) karena mayoritas reaksi anti-racun dini (anafilaktik) atau lambat (serum sickness) berasal dari aktivasi langsung komplemen bukan IgE mediated hipersensitivity
 
 
 
Kontraindikasi anti-racun:
Pasien yg riwayat reaksi thd serum kuda/ domba dan riw peny atopik kuat
 
Pasien risiko tinggi diberikan secara empiris Epinefrin SK, Antihistamin IV (Anti H1 & Anti H2) dan kortikosteroid
Pasien asma, diberikan B2 agonis inhalasi
 
 
Terapi reaksi antiracun
Reaksi anafilaktik dini dan pirogenik:
Epinefrin im paha atas lateral dws 0,5mg dan anak 0,01mg/kg 
Segera diberikan meski hanya beberapa urtikaria atau mulai gatal
Ulang tiap 5-10' bila keadaan pasien memburuk
 
Terapi tambahan
Anti-H1 Chlorphenamine maleate Dws 10mg, anak 0,2mg/kg iv dlm bbrp menit
Diikuti iv hydrocortisone Dws 100mg, anak 2mg/kg
Kortikosteroid mulai bekerja stlh bbrp jam, namun akan mencegah berulangnya anafilaksis
 
Reaksi pirogenik --> dinginkan pasien secara fisik & antipiretik po/ pr
Cairan iv --> hipovolemia
 
 
Reaksi lambat (serum sickness)
Antihistamin po 5hari
Pasien yg gagal respon dlm 24-48 jam sebaiknya diberikan 5 hari predisolone
Chlorphenamine Dws 2mg 4x/h, Anak 0,25mkD
Prednisolone: Dws 5mg 4x/h, Anak 0,7mkD 5-7 hari
 
 
Antiracun
Berwarna opak --> jangan digunakan karena sudah terjadi presipitasi protein sehingga kehilangan khasiatnya dan peningkatan risiko kejadian reaksi
Antiracun lyophilized
Simpan <25C
Masa kadaluarsa 5 tahun
 
Antiracun cair
Simpan <2-8C
Masa kadaluarsa 2-3 tahun
 
Idealnya dipakai sebelum masa kadaluarsa, tetapi riset membuktikan tetap dapat dipakai bbrp tahun setelahnya
 
 
Pemberian antiracun
Epinefrin harus selalu di syringe, siap disuntik
Bila mungkin berikan antiracun secara iv, 2 metode:
*IV "push" injection: slow <2ml/'
*IV infusion: diencerkan dlm 5-10ml/kg NS/ D5 (dws 250-500ml) dlm 1 jam
Observasi ketat
 
TIDAK DIREKOMENDASIKAN pemberian lokal antiracun di tempat gigitan
 
 
IM HANYA bila:
-Di kllinik kecil perifer dg pasien jelas keracunan dan jarak ke RS terdekat dg ambulans bbrp jam
-Di daerah terpencil jauh dari klinik
-Tidak mungkin ada iv line
Dibagi bbrp tempat di kedua paha atas anterolateral
Maksimum 5-10ml inj im dalam, diikuti pijatan
 
 
 
Dosis antiracun
Anak = dewasa, karena jumlah racun yg masuk, sama
Ikuti petunjuk pabrik, karena berbeda2
 
 
Respon thd antiracun
~Umum: Pasien merasa lebih enak. Nausea, Sakit kepala, Nyeri cepat menghilang
~Perdarahan spontan sistemik, berhenti dlm 15-30'
~Kemampuan beku darah membaik dlm 3-9 jam
~Syok: tekanan darah membaik dlm  30-60' dan aritmia seperti sinus bradikardi membaik
~Keracunan neurotoksik tipe post sinaptik (Kobra) membaik dalam 30'.  Pre-sinap tidak seperti ini
~Hemolisis dan rabdomiolisis berhenti dlm bbrp jam dan urin kembali normal
 
 
 
Keracunan sistemik berulang
Pd viper & kobra, setelah respon awal thd antiracun (perdarahan berhenti, perbaikan koagulabilitas darah), tanda keracunan sistemik akan kembali dalam 24-48 jam, karena:
#Penyerapan lanjut racun dari depot tempat gigitan
#Redistribusi racun dari jaringan ke darah
 
 
Kriteria pengulangan dosis inisial anti-racun:
^Persisten atau rekurensi dari inkoagulabilitas darah stlh 6 jam atau perdarahan setelah 1-2 jam
^Perburukan tanda neurotoksik/ kardiovaskular setelah 1-2 jam
 
 
 
Terapi konservatif bila tidak ada anti-racun
Keracunan neurotoksik dg paralisis respirasi:
Bantuan ventilasi dg udara ruangan/ oksigen terbukti efektif
Dpt pulih, bahkan slth dipertahankan lebih dari 1 bulan dg manual ventilasi
Dpt diberikan antikolinesterase
 
Abnormalitas hemostatik:
Tirah baring ketat untuk cegah trauma minor
Transfusi trombosit dan faktor pembekuan
Idealnya FFP dan cryoprecipitate dg platelet concentrates
Bila tidak tersedia, FWB (Fresh Whole Blood)
Hindari injeksi im
 
Syok, kerusakan myokard:
Koreksi hipovolemi dg koloid/ kristaloid
Kontrol dg observasi CVP
Dopamin dan epinefrin bila dibutuhkan
Atropin bila hipotensi & bradikardi
 
Cedera gjl akut: konservatif atau dialisis
 
Myoglobinuria/ haemoglobinuria:
Koreksi hipovolemia dg cairan iv
Koreksi asidosis dg infus iv 50-100mmol Bicnat
Dianalogikan dg Crush Syndrome, pertimbangkan infus mannitol
200ml manitol 20% infus iv 20'
 
Keracunan lokal berat:
Nekrosis lokal, Sind intrakompartemen, Trombosis dari pembuluh utama
Konsul bedah meski risiko Koagulopati konsumsi, Trombositopenia, Peningkatan fibrinolisis
Antimikroba spektrum luas
 
 
Antikolinesterase
Tes tensilon (trial antikolinesterase) pada SEMUA pasien keracunan neurotoksik (kobra)
Tapi jangan tunda juga antiracun atau ETT
~Atropin sulphate dws 0,6mg, anak 50ug/kg ATAU Glycopyrronium iv diikuti Neostigmine bromide ATAU metil sulfat (Prostigmin) im dws 0,02mg/kg, anak 0,04mg/kg
Idealnya Tensilon (edrofonium klorida kerja cepat) u/ tes, slow iv inj dws 10mg, anak 0,25mg/kg
~Observasi 30-60' (neostigmin) atau 10-20' (edrofonium) u/ tanda perbaikan transmisi neuromuskular: Ptosis hilang dan perbaikan kapasitas ventilasi (Peak flow,  FEV-1 atau tekanan ekspirasi maksimum)
~Yg respon baik --> lanjut neostigmin, 0,5-2,5mg tiap 1-3j; dws maks 10mg/24j; anak 0,01-0,04mg/kg/ 2-4 jam
im/ iv/ sk bersama atropin u/ menghambat efek samping muskarinik.
Bila pasien dapat menelan --> atropin po 0,6mg 2x/h, neostigmin 15mg 4x/h ATAU pyridostigmin 60mg 4x/h
 
 
Tes es sbg alternatif tes tensilon
 
 
Penyebab hipotensi dan syok:
*Anafilaksis
*Vasodilatasi
*Kardiotoksik
*Hipovolemia
*Reaksi anti-racun
*Gagal nafas
*Acute pituitary adrenal insufficiency
*Septicaemia
 
 
Deteksi cedera ginjal:
-Oliguri/ anuri
-Peningkatan Kr/ urea
-Sindrom uremia:
*Nausea, muntah
*Singultus, fetor
*Ngantuk, bingung, koma
*Flapping tremor, Muscle twitching, Kejang
*Pericardial friction rub
*Tanda kelebihan cairan
 
Tatalaksana oftalmia semprotran kobra
1.Dekontaminasi segera dg irigasi yg banyak
2.Analgetik dg vasokonstriktor dg efek midriatik lemah (epinefrine) dan lokal anestetik dg pemberian topikal (tetracaine)
3.Eksklusi abrasi kornea dg pewarnaan fluorescein dan slit lamp dan profilaktik topikal antibiotik
4.Prevensi Sinekia posterior, Spasme silier, dan ketidaknyamanan dg sikloplegik topikal
5.Antihistamin pd kasus Allergic kerato-conjunctivitis
 
Kontraindikasi: Antiracun topikal/ iv dan kortikosteroid topikal
 
Adrenalin 0,5% drop mengurangi nyeri dan inflamasi
 
 
Tinjauan Pustaka
1. Snakebite. Daley, BJ. May 15, 2017, https://emedicine.medscape.com/article/168828-overview
2. Guidelines for the Management of Snake-Bites. Warrell, DA, WHO Regional Office for South-East Asia 2010, ISBN 978-92-9022-377-4.
apps.searo.who.int/PDS_DOCS/B4508.pdf
3. Emergency treatment of a snake bite: Pearls from literature. Ahmed, SM et al. J Emerg Trauma Shock 2008 Jul-dec; 1(2): 97-105 PMCID: PMC2700615  doi: 10.4103/0974-2700.43190 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2700615/
 
 

dr. Freddy Adiwinata, Baung, Palembang, 17 Maret 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar