Sabtu, 03 Maret 2018

Kacamata Gaya

Kacamata Gaya


Hai teman,

Di hari2 ini, muak rasanya kita melihat berbagai berita baik di media sosial, elektronik atau cetak, orang-orang yg memakai topeng, yg maling berteriak maling.  Seolah dengan uang, yg benar dapat disalahkan, yg salah dibenarkan bahkan dijadikan pahlawan. Fakta dijadikan fiksi, fiksi disulap jadi fakta, yg jahat tambah berjaya dan yg jujur tambah digencet.  Sang koruptor seolah memiliki tangan raja Midas, semua yg disentuhnya menjadi emas yg berhasil, sedangkan kita yg bekerja siang malam, belajar siang malam, mendapatkan kesempatan untuk mereguk sedikit kenikmatan pun tidak.  Apa yg kita kumpulkan bertahun2 seolah lenyap dalam sekejap mata..... Seolah dunia memberikan pesan baru kepada kita, bahwa kalau kita ngak mau ikut permainan kotor mereka, maka kita tidak akan bisa hidup...
Apakah itu yg kamu rasakan? Kamu tidak sendirian......saya pun merasakan yg sama, dan saya yakin banyak orang di dunia ini pun merasakan hal yg sama
Namun sebenarnya apakah ini yg terjadi?

Di toko2 banyak dijual kacamata gaya yg lensanya berwarna warni, ada yg hitam, ada yg merah, biru, dll. Apa yg terjadi saat kita memakai kacamata berlensa merah, kita akan merasa seolah-olah semua berwarna merah, air berwarna merah, langit berwarna merah, tumbuhan berwarna merah, semua sekeliling kita berwarna merah.  Tapi apakah memang demikian adanya? Bukalah kacamatamu, kamu akan melihat sekelilingmu berbeda.
Mengapa kita tidak puas, karena kita sudah memakai kacamata ukuran dunia ini, semua diukur dari materi, rumahmu di mana? Arloji mu merk apa?, Handphone mu merk apa? dll.
Kita tidak puas saat adanya kesenjangan yg kita rasakan saat kita membandingkan kelemahan kita dengan kekuatan orang lain.
Seandainya bila kita menetapkan target kita sesuai dengan idola kita tersebut, misalnya tetangga kita membeli mobil Ferrari, apakah kita akan puas bila telah mencapainya? Saya yakin tidak, kita akan terus merasa kurang dan kurang
Tapi buatlah target kita sesuai dengan rencana Tuhan, Tuhan kita ngak pernah menilai kita dari pencapaian harta kita, atau jumlah kebaikan kita, atau prestasi kita. Tuhan kita kenal kita detik per detik, Dia tahu saat kita belajar siang dan malam, Dia tahu saat kita mati2an bekerja.  Dan Dia sangat menghargai semua hal itu, bila kita melakukannya untuk Dia
Jadi mulai sekarang janganlah bersedih lagi, toh kalau kita kerja keras apa pun hasilnya, Dia senang.  Biarlah target kita berbeda dengan dunia ini, biarlah target kita menyenangkan hati Tuhan.
Pakailah kacamata gaya dari Tuhan, dengan lensa yg diterangi ayat-ayat kitab suci, sehingga kita bisa melihat kehidupan dengan berbeda.  Dengan perspektif dari Tuhan, biarlah kita jalani hidup ini, karena memang untuk inilah kita hidup di dunia, bukan mengumpulkan harta, bukan mencetak berbagai prestasi, namun di atas semuanya itu adalah untuk menyenangkan dan memuliakan Tuhan


dr. Freddy Adiwinata, Baung, Palembang, 4 Maret 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar